Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benih Radikalisme Mulai Masuki Sekolah

Kompas.com - 08/05/2017, 16:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Benih-benih radikalisme mulai masuk ke sekolah. Muncul pemikiran siswa untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan paham agama. Fenomena ini memprihatinkan di tengah upaya membangun semangat kebangsaan pada generasi muda.

Hasil survei SETARA Institute for Democracy and Peace (SIDP) yang dilakukan pada siswa SMA negeri di Bandung dan Jakarta tahun 2015 menunjukkan, sekitar 8,5 persen siswa setuju dasar negara diganti dengan agama dan 9,8 persen siswa mendukung gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Meski relatif sedikit, fakta ini mengkhawatirkan karena sekolah negeri selama ini cukup menekankan kebangsaan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Sabtu (6/5), SIDP menemukan, ada 31 persen materi pendidikan agama yang tak selaras dengan nilai kebinekaan.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Penelitian menunjukkan, buku teks PAI yang beredar memuat banyak kesalahan dan kekeliruan. Contohnya isi buku yang cenderung ke arah nilai-nilai radikal dan penyelesaian konflik melalui kekerasan.

Pada 2016, penelitian dan pemeriksaan buku teks PAI dilakukan untuk sekolah dan madrasah pada semua jenjang sebanyak 150 buku. Kesalahan terbanyak ditemukan dalam penerapan transliterasi dan penulisan ayat. Hal ini dapat memengaruhi makna ayat dan hadis jika tidak dialihaksarakan.

Saiful Mujani Research Consulting (SRMC) pada Desember 2015 menemukan, 4 persen warga usia 22-25 tahun dan 5 persen warga yang masih sekolah atau kuliah mengenal dan setuju dengan NIIS.

Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo mengatakan, dalam pendidikan, kemerdekaan berpikir sangat penting. Tujuannya agar materi pendidikan masuk ke dalam kesadaran, bukan hanya pengetahuan. "Butuh waktu untuk refleksi mendapatkan apa yang dipandang sebagai rohnya pendidikan," katanya.

Sementara itu, Doni Koesoema, pengamat pendidikan karakter, mengatakan, Pancasila perlu diajarkan artinya dan implementasinya secara langsung, bukan melalui mata pelajaran. "Mata pelajaran Pancasila bukan solusi, melainkan logika dalam berpikir kritis yang perlu dikuatkan," kata Doni.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti menekankan perlunya sikap toleransi bermula dari guru. Adapun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menekankan penguatan pendidikan karakter. (ELN/DNE)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Mei 2017, di halaman 11 dengan judul "Radikalisme di Sekolah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com