Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pascal S Bin Saju
Editor

Wartawan, mendalami isu-isu internasional dan penyuka Sepak Bola

Merangkai Cerita tentang Anies dan Peran Wapres Jusuf Kalla

Kompas.com - 05/05/2017, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Jauh sebelum cerita Zulkifli muncul, yakni pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, Wapres JK berharap agar salah satu dari dua kader Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang bertarung di Pilkada DKI Jakarta dapat keluar sebagai pemenang.

Kedua orang itu adalah adalah Anies Baswedan dan Sylviana Murni.

Hal itu disampaikan Kalla saat menghadiri peringatan HUT ke-50 KAHMI di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/9/2016) malam. Baik Anies maupun Sylviana, hadir dalam peringatan HUT tersebut.

"Salah satunya, mudah-mudahan lah (menang)," kata JK.

Baca: Kalla Doakan Anies Baswedan atau Sylviana Murni Menang di Pilkada DKI

Sebelum cerita Zulkifli muncul, tepatnya pasca-pemungutan suara pada 19 April, JK bertemu dengan Anies dan Sandiaga setelah pasangan itu unggul Pilkada DKI Jakarta versi hitung cepat dari sejumlah lembaga survei, termasuk dari Litbang Kompas.

Perlakuan JK terhadap Anies berbeda untuk Sandiaga. Pertemuan JK dan Anies dilakukan tertutup di rumah dinas Wapres RI, Kamis (20/4/2017) pagi, sehari setelah pemungutan suara.

Pertemuan itu baru diketahui media massa pada malam harinya, berdasarkan pengakuan Anies sendiri. Anies mengatakan,dia menemui JK karena memiliki hubungan dekat sejak lama.

Baca: Anies Bertemu Wapres Jusuf Kalla Tadi Pagi dan Anies Temui Wapres JK karena Merasa Dekat

Secara terpisah, JK mengatakan tidak ada hal istimewa yang dibahas dalam pertemuannya dengan Anies.  

"Ya, karena Anies kan teman bekas menteri. Ketemu itu biasa saja, kasih selamat," kata JK di Hotel Shangrila, Jakarta, Jumat (21/4/2017).

Berbeda dari pertemuan dengan Anies yang dilakukan secara tertutup dan empat mata, pertemuan JK dan Sandiaga dilakukan di forum terbuka.

Pada Senin (25/4/2017), keduanya sama-sama menghadiri penutupan Forum Ekonomi Umat yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI).

JK memuji Sandiaga sebagai sosok pengusaha yang bersikap optimistis. Ia pun mengajak semua peserta kongres untuk mencontoh sikap optimisme Sandiaga.

Rupanya, pertemuan JK dan Sandiaga di acara tersebut bukan kebetulan. Sandiaga mengakui ia diminta untuk mendampingi JK di forum itu.

Baca: Bertemu Anies, Ini Pesan yang Disampaikan Wapres JK dan Kedekatan Jusuf Kalla dan Anies-Sandi...

Lalu, bagaimana kita membaca fakta dan memaknai cerita tokoh-tokoh nasional tersebut di atas?

Dalam hati kecil, Anda mungkin saja bertanya-bertanya, cerita manakah yang sesuai dengan fakta, benar-benar ada, terjadi, dan bukan hoax.

Namun, tidak pantas juga kita mengajukan pertanyaan semacam itu. Sebab, mereka adalah tokoh-tokoh panutan. Cukup dengan mendengarkan saja, memang ceritanya "seperti itu".

Mereka adalah tokoh dan pemimpin nasional, tentu saja, yang karena ketokohannya mereka layak menjadi rujukan berbagai hal, baik dalam tutur kata, tindakan, atau perbutan.

Disebut tokoh nasional karena mereka dianggap pantas dan layak menjadi "fondasi etika berpolitik".

Baca: Etika, Hukum, dan Tradisi Politik dan Demokrasi, tetapi Tak Disiplin dengan Aturan

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia atau cabang filsafat yang membahas prinsip-prinsip moralitas politik (Franz Magnis Suseno, 1991, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern).

Dewasa ini setelah era reformasi pada pertengahan 1998, Indonesia telah memasuki masa transisi dari era otoritarian ke era demokrasi.

Kita telah melakukan banyak perubahan fundamental dalam bidang-bidang kehidupan yang strategis dan vital, termasuk membangun tatanan kehidupan politik baru yang demokratis.

Namun, tatanan kehidupan politik yang demokratis ini, dalam perjalanannya, lambat laun tergerus oleh kepentingan pribadi dan kelompok. 

Apakah yang dapat kita katakan jika ada elite lebih mudah menghalalkan segala cara untuk mewujudkan kepentingannya, tidak lagi mengindahkan nilai-nilai etika dan moralitas berpolitik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? 

Baca: Etika Politik untuk Hapus Oligarki

Kurangnya etika berpolitik yang sering kita jumpai merupakan akibat dari ketiadaan pendidikan politik yang memadai.

Bangsa kita tidak banyak mempunyai guru politik yang baik, yang dapat mengajarkan bagaimana berpolitik tak hanya memperebutkan kekuasaan, namun dengan penghayatan etika dan moral.

Selain itu, kurangnya komunikasi politik juga menjadi penyebab lahirnya elite politik seperti itu, yakni yang tidak mampu menyuarakan kepentingan rakyat.

Namun, juga menghasilkan orang-orang yang cenderung otoriter, termasuk politik kekerasan yang semakin berkembang karena perilaku politik dipandu oleh emosi.

Baca: Uskup Agung: Etika Politik Tidak Dijunjung Tinggi dan Moralitas Politik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com