JAKARTA, KOMPAS.com - UNESCO memberikan penghargaan Guillermo Cano kepada seorang jurnalis berkewarganegaraan Eritrea, Dawit Isaak, pada acara puncak peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2017, di Jakarta Convention Center, Rabu (3/5/2017) malam.
Penghargaan Guillermo Cano diberikan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bogova kepada putri Dawit, Betlehem Isaak.
Dalam pidatonya, Irina mengatakan, sosok Dawit sebagai jurnalis yang memiliki keberanian dalam mewujudkan dan memajukan kebebasan pers di negaranya meski harus mengorbankan dirinya sendiri.
"Penghargaan ini didedikasikan kepada Dawit Isaak, seorang jurnalis yang berperan dalam memajukan kebebasan pers di negaranya," ujar Irina.
Setelah Eritrea merdeka secara de jure dari Etiopia pada 24 Mei 1993, Dawit mendirikan media massa independen pertama bernama Setit.
(Baca: Reaksi Jokowi Saat Ditanya soal Kebebasan Pers di Papua)
Dalam perjalanannya memperjuangkan kebebasan pers, Dawit dipenjara selama 16 tahun tanpa proses pengadilan sejak September 2001.
Bahkan, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui di mana Dawit dipenjara.
"Memperjuangkan kebebasan pers yang bersifat fundamental memang memerlukan determinasi dan keberanian," tutur Irina.
Penghargaan Guillermo Cano diberikan UNESCO setiap tahunnya kepada perseorangan atau institusi yang berperan memajukan kebebasan pers.
Nama Guillermo Cano sendiri diambil dari nama seorang jurnalis Kolombia, Guillermo Cano Isaza, yang dibunuh terkait pemberitaannya mengenai kartel narkoba.
Guillermo ditembak di depan kantornya pada 17 Desember 1986.
Sejak tahun 1997, UNESCO resmi menggunakan nama Guillermo sebagai salah satu penghargaan bagi pegiat bidang jurnalistik itu.
Peringatan puncak Hari Pers Sedunia 2017 dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Wiranto dan Mendikbud Muhadjir Effendy hadir dalam acara pembukaan, Rabu (3/5/2017) pagi.