Pada Pilpres 2014 lalu, Presiden Joko Widodo menang jumlah suara di luar negeri dengan angka lebih dari 50 persen. Ternyata popularitas Presiden Joko Widodo, khususnya di Hong Kong, tidaklah meredup.
Ini terlihat dari antusiasme para Buruh Migran Indonesia (BMI) yang antusias saat muncul kabar bahwa Jokowi akan berkunjung ke Hong Kong pada 30 April 2017 di AsiaWorld Expo, Hong Kong.
Artikel reportase tentang antusiasme Warga Negara Indonesia di Hong Kong ini menjadi salah satu artikel pilihan di Kompasiana, Selasa (25/4/2017).
Selain itu, ada juga beberapa artikel lain yang sayang untuk dilewatkan. Berikut ini adalah artikel pilihan Kompasiana hari ini.
1. "Memburu" Jokowi di Hong Kong
Sejak Maret lalu, kabar kunjungan Presiden Joko Widodo sudah tersebar di grup WhatsApp buruh migran Indonesia di Hong Kong. Mendengar kabar ini, penulis artikel ini pun menengok halaman resmi Facebook KJRI Hong Kong dan ternyata benar demikian.
Jokowi memiliki pendukung yang tinggi di sana. Karenanya, WNI di Hong Kong sangat antusias pada kunjungannya ini.
Pada awal April lalu, dibukalah pendaftaran bagi siapa saja yang ingin bertemu dengan Presiden. Pendaftaran tersebut dilakukan melalui jalur SMS.
Penulis menceritakan bagaimana ia grogi saat mendaftar untuk bertemu dengan Kepala Negara. Bahkan, ada cerita unik ketika seorang rekannya rela bolak-balik menempuh perjalanan jauh karena tidak membawa persyaratan yang harus dipenuhi.
Baca selengkapnya pada artikel berjudul "Serunya Berburu Tiket Temu Kangen Jokowi di Hong Kong".
2. Rahasia Sehat di Usia Lanjut
Seorang wanita Jerman masih memiliki fisik dan stamina yang baik meski berusia 94 tahun. Kompasianer yang berada di Jerman pun sempat berbincang dengan wanita ini dan menuliskan beberapa tips yang membuat tubuh sehat meski usianya tidak lagi muda.
Ada beberapa tips yang dituliskan, di antaranya meminum air putih 2 liter per hari. Mengonsumsi air sebanyak ini menurut wanita Jerman tersebut dapat menjaga keseimbangan dan menyehatkan badan dari dalam. Kemudian, tidur dengan waktu yang cukup.
Beberapa tips berikutnya bisa Anda simak melalui tautan bertajuk "Rahasia Sehat, Fit, dan Cantik pada Umur 94 Tahun".
3. Gambar Pahlawan di Kelas Bukan Sekadar Hiasan
Jika Anda masih ingat ketika kita duduk di bangku sekolah, di dinding dalam kelas hampir selalu ada foto-foto para pahlawan yang berjejer rapi. Tapi sebenarnya untuk apa foto-foto tersebut? Apa hanya sebagai pajangan pelengkap di kelas saja?
Jika berkaca pada perintah dari Mendikbud Muhadjir Effendy yang meminta agar setiap kelas di Indonesia memasang foto presiden beserta wakilnya dan para pahlawan nasional, tujuannya adalah untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme.
Tapi apakah hanya ini saja alasan untuk memasang foto para pahlawan nasional di kelas?
Ulasan selengkapnya bisa Anda baca pada artikel berjudul "Gambar Pahlawan di Kelas, Jangan Dipajang Hanya untuk Aksesoris!"
4. Belajar dari Tentara Pembebasan Suriah
Meskipun kalah dalam hal jumlah angka dibanding puluhan ribu pasukan SAA dan aliansi mengelilingi Kota Damaskus namun hal itu tidak berpengaruh bagi FSA (Free Syrian Army) setidaknya hingga saat tulisan ini sedang disiapkan. Faktanya adalah hingga kini kemampuan bertahan FSA sangat luar biasa dan mendapat acungan jempol, bikin Rusia dan pasukan pemerintah sakit kepala.
Perlawanan gagah berani FSA di Jobar dan Al-Qabun telah "mencuri" perhatian pengamat bagaimana FSA mampu melakukan hal itu di lumbung SAA sehingga korban jiwa di kedua pihak berjatuhan tak terhindarkan.
Banyak pihak terkagum-kagum mempelajari kekuatan dan ketangguhan FSA di kawasan dekat Damaskus ini. Bagaimana mereka mampu menjadi duri dalam daging dalam tubuh SAA bahkan bisa menjadi kuda hitam yang mampu meruntuhkan tembok pertahanan Damaskus.
Baca buah pikir Kompasianer tentang hal ini pada artikel berjudul "Belajar Kuat dan Tangguh dari Tentara Pembebasan Suriah".
5. Bangga Memiliki Haters
Siapa yang tidak tahu istilah hater saat ini? Istilah ini sangat familiar dengan publik figur dan seolah menjadi fenomena tersendiri di media sosial. Sebenarnya untuk apa ada haters ini? Apakah berpengaruh atau hanya sekadar mencari sensasi saja?
Ternyata fenomena haters ini berhubungan dengan kekeliruan memaknai sensasi dan prestasi.
Selebriti atau publik figur pun tidak jarang malah merasa bangga ketika memiliki haters dalam jumlah yang banyak. Bahkan kadang mereka seolah bersembunyi di balik dalih haters adalah orang yang peduli" pada mereka sebagai figur publik.
Para haters pun sama saja, mereka bahkan bangga mengungkapkan diri mereka sebagai pembenci salah satu figur dan tidak sedikit perilaku mereka yang semakin buruk di media sosial.
Apa sebenarnya yang melatarbelakangi munculnya para haters ini? Simak ulasan "Ketika Orang Biasa Bangga Memiliki Banyak Haters".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.