Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2017, 18:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Awal Maret 2014, ketika mengadakan kunjungan kerja di negeri Belanda, Wakil Presiden Boediono dan rombongan masuk ke perpustakaan Universitas Leiden.

Ketika itu, seorang perempuan muda yang mengaku sebagai wartawati tabloid kampus universitas itu mendekati saya, lalu mengajak menyaksikan dokumen koran berbahasa Melayu.

Perempuan muda Belanda asal Amsterdam yang menenteng kamera besar itu menunjukkan sebuah foto lama tokoh perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, dan meninggal pada 17 September 1904.

Dia adalah Raden Ayu Kartini yang meninggal di usia 25 tahun di Rembang, Jawa Tengah.

(Baca: Setelah 113 Tahun Kartini Mangkat...)

Dengan bahasa Indonesia yang patah-patah, perempuan itu bercerita panjang lebar tentang tokoh Kartini.

”Anda tahu mengapa dia jadi pahlawan kemanusiaan?” tanya perempuan itu.

Sebelum saya jawab, ia berkata, ”Kartini banyak menuliskan pemikiran dan gagasannya. Menulis adalah salah satu indikasi bahwa seseorang adalah intelektual dan filsuf. Kartini adalah perempuan filsuf.”

”Kartini banyak menulis, membuat dirinya abadi, tetap dikenang ide-idenya,” tambahnya.

Hal lain yang saya ingat dari ucapan perempuan itu tentang Kartini adalah pujiannya kepada Presiden RI Soekarno yang mengangkat Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan nasional.

(Baca: Kisah Kartini yang Tak Ingin Hidup Lebih dari 25 Tahun)

Dari perempuan itu saya baru tahu, pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan menetapkan hari lahir Kartini, 21 April, tiap tahun diperingati sebagai hari besar atau sebagai Hari Kartini.

Pada usia 12 tahun, Kartini sekolah di Europese Lagere School (ELS). Dari sekolah itu ia menguasai bahasa Belanda. Ia membaca banyak buku bermutu yang terbit di masa berdengungnya politik etis di Indonesia.

Buku yang dibaca Kartini, selain koran De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft di Semarang, adalah Max Havelaar, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata) karangan Bertha von Suttner. Kartini juga menulis artikel untuk surat kabar De Hollandsche Lelie.

(Baca: Tiga ?Kartini? di Amerika Serikat)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Nasional
Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Nasional
PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

Nasional
Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Nasional
KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Nasional
Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Nasional
Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com