JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, kesadaran baru tentang makna menjaga keharmonisan serta persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting diingat kembali.
Hal itu disampaikan dalam pidato perayaan Dharma Santi Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di GOR Ahmad Yani, Kompleks Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (22/4/2017) pagi.
Merujuk pada Indonesia yang pada hakekatnya beragam, Jokowi mengingatkan kepada seluruh warga untuk saling menjaga keharmonisan.
"Sebagai bangsa yang majemuk, yang beragam, kita punya 714 suku. Bahkan data BPS menunjukan ada 1.340 suku. Kita juga punya berbagai macam ras dan beraneka ragam bahasa dan juga berbeda-beda budayanya," ujar Jokowi.
Baca: Menurut Jokowi, Dunia Internasional Puji Keberagaman dan Persatuan di Indonesia
"Perbedaan latar belakang suku, agama, budaya, bukan penghalang bagi kita untuk bersatu. Bukan penghalang bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan. Sekali lagi, bukan penghalang bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan," lanjut dia.
Rakyat Indonesia harus bersatu padu, saling menghormati satu dengan yang lain, saling membantu tanpa pandang bulu dan saling membangun solidaritas sosial yang kokoh.
Jokowi menegaskan bahwa perbedaan masyarakat Indonesia tidak mesti diseragamkan. Bukan pula ditiadakan.
"Semua perbedaan dan keragaman itu justru harus diikat oleh tali-tali persaudaraan. Tali-tali kebersamaan dan tali-tali persatuan Indonesia," ujar Jokowi.
Baca: Jokowi: Indonesia Jadi Rujukan Kelola Keberagaman
Indonesia beruntung memiliki nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dua dasar negara tersebut pun selaiknya dipegang teguh oleh seluruh rakyat demi persatuan Indonesia.
"Saya yakin dengan berpegang pada Pancasila, dengan menjunjung semangat Bhinneka Tunggal Ika, kita akan tetap bersatu. Dengan bersatu, kita akan maju bersama, sejahtera bersama untuk menyongsong masa depan yang gemilang," ujar Jokowi.