Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Ganjar Pranowo, Kader "Banteng" yang Patuh?

Kompas.com - 05/04/2017, 16:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Berbicara tentang Pemiihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah, kita harus ingat empat tahun lalu ketika Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri lantang menegaskan daerah lain boleh kalah, tapi Jawa Tengah (Jateng) adalah bumi Marhaenisme dan harus menang.

Saat itu, Megawati Soekarnoputri biasa disapa Bu Mega bahkan turun langsung ke wilayah-wilayah yang secara tradisional menjadi basis Kandang Banteng di Jateng. Sikap Megawati didasarkan kesadaran pasangan Ganjar Pranowo- Heru Sudjatmiko adalah pendatang baru bagi pemilih di provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di Pulau Jawa setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Bahkan pada pilgub tersebut Ganjar-Heru yang hanya didukung PDI Perjuangan, harus menghadapi petahana Bibit Waluyo yang sebelumnya didukung PDI dalam Pilgub 2008 maupun kader Banteng yang lain: Don Murdono. Baik Bibit dan Don memilih lompat pagar menunggangi partai lain.

Kemenangan Ganjar-Heru pada Pilgub 2013 membuktikan Jateng adalah kandang Banteng sejati. Karena praktis, dalam Pilgub se-Jawa dan Bali tahun 2013, hanya Jateng yang sanggup direbut PDI Perjuangan.

Kini, setelah empat tahun lalu, bagaimana peluang PDI Perjuangan di Pilgub Jateng 2018? Sejak awal saya optimistis PDI Perjuangan tetaplah penguasa di Jateng. Hal ini tak lepas dari tren hasil Pilpres dan Pileg 2014 maupun Pilkada Jateng serentak 2015 yang meyakinkan.

Sejak pesta demokrasi diperkenalkan di Indonesia pada 1955, Jateng memang sudah menjadi lumbung suara bagi partai beraliran nasionalis yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). Tradisi ini terus berlanjut hingga PNI dipaksa berfusi dengan partai nasionalis lain, Kristen, dan Katolik menjadi PDI yang kemudian menjadi PDI Perjuangan.

Pasca-Orde Baru tumbang, Pemilu 1999 hingga Pileg 2014, partai berlogo banteng moncong putih adalah kekuatan dominan di Jateng. Termasuk ketika Partai Demokrat menjadi juara nasional bahkan ketika Murdoko, Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng sekaligus ketua DPRD Jateng masuk bui karena korupsi, pun bukan menjadi penghalang bagi Banteng untuk terus merajai Jateng.

Saat ini PDI Perjuangan dengan 27 kursi adalah kekuatan dominan di DPRD Jawa Tengah disusul PKB dengan 13 kursi dan tiga partai yang masing-masing berbagai 10 kursi yakni Gerindra, Golkar dan PKS. Dengan modal saat ini, PDI bisa kembali melenggang sendirian pada Pilgub Jateng 2018.  

Meski demikian, hasil akhir Pilkada serentak 2017 di Jateng yang digelar di tujuh daerah harus menjadi peringatan bagi kader-kader Banteng karena PDI kalah telak dari Golkar. Banteng hanya menang di Jepara maupun sebagai koalisi di Pilkada separuh lelucon di Pati karena menyajikan petahana melawan kotak kosong.

Kondisi harus menjadi perhatian kader PDI agar tidak terulang dalam Pilkada serentak 2018 yang digelar di enam daerah termasuk kantong suara PDI di Tegal dan Banyumas, sekaligus daerah dengan penduduk terbesar di Jateng.

Semen dan E-KTP

Langkah Ganjar Pranowo menuju pertarungan Pilgub Jateng 2018 cukup menarik, tak mulus bahkan dihiasi drama yang berskala nasional yakni isu ijin pabrik semen dan kasus korupsi E-KTP. Kedua isu tersebut, tak ubahnya slilit di gigi atau kerikil di sepatu Ganjar.

Sebelum bicara dua isu tersebut, maka ada baiknya mengintip konstelasi hubungan Ganjar Pranowo dengan internal elit PDI Perjuangan yang tak terbantahkan masih didominasi hubungan patron klien, sesuatu yang cukup aneh untuk sebuah partai yang menjual platform demokrasi.

Simak saja bagaimana Ganjar pun memilih tak mengikuti arus bertarung pada Pilkada DKI meski peluang terbuka lebar. Satu alasan jelas, tidak ada restu dari Bu Mega maupun Mas Joko Widodo (Jokowi). Ganjar adalah kader yang patuh.

Dalam peristiwa tersebut, Ganjar cukup bijak berhitung untuk tidak mengulang kesalahan yang dilakukan seniornya, Rustriningsih yang gagal menahan hasrat godaan berkuasa melalui Nasional Demokrat (Nasdem).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com