Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populisme di Era Teknologi Informasi

Kompas.com - 20/03/2017, 18:20 WIB

Contohnya adalah kemenangan Trump. Siapa yang memprediksi kemenangan Trump seperti yang tadi saya katakan? Pengamat politik pun tidak menduga Trump akan menang dan Hillary Clinton—yang didukung Barack Obama—justru kalah. Rakyat AS terbelah pendapatnya atas calon presiden dari Partai Republik ini, tetapibisa menang? Itulah kekuatan pemanfaatan "bias". Trump dilihat sebagai sosok yang bisa menentang kemapanan Partai Demokrat selama masa dua kali masa pemerintahan Obama serta membawa angin perubahan atas merosotnya perekonomian AS, isu imigran dan terorisme, serta komitmennya untuk mengembalikan supremasi AS sebagai kekuatan ekonomi dan politik dunia. Figur Trump melalui kekuatan medianya di-"bias"-kan sebagai "Make American Great Again" yang dikontraskan dengan semboyan Hillary Clinton, "Stronger Together".

Hillary Clinton pun menerapkan bias ini saat menjadi Menteri Luar Negeri AS ketika ia menggunakan e-mail pribadi untuk urusan pemerintahan yang oleh UU Federal dilarang. Kenyataannya, hal ini tak terlihat atau terbukti sebagai korupsi kebijakan atau setidak-tidaknya skandal. Meski sudah dibuka oleh Direktur FBI James Comey, kasus ini tak sampai menyeret Hillary ke pengadilan. Mengapa?

Sebab, masyarakat bisa diyakinkan oleh ”bias” bahwa Clinton tak melakukannya walaupun sebagian lain juga terkena ”bias” dengan percaya skandal itu dan akhirnya meninggalkan Hillary di hari-hari terakhir pemilihan.

Hal-hal yang telah saya terangkan di atas terkait dengan menyatunya masyarakat dalam arus besar informasi dan kemampuan pemilik kapital mengarahkan wacana publik, termasuk di dalamnya kelas menengah, membuat kapitalisasi informasi demikian berharga sekarang.

Kapital ini penting dan kapital yang ditanamkan dalam berbagai sektor, termasuk sektor media, tak terbantahkan telah menjadi tren pembentuk opini masyarakat. Saya kira kita semua mafhum, banyak tokoh politik dunia juga tampil lewat dukungan resources kapital besar melalui pembentukan opini media.

Namun, satu hal yang harus kita garis bawahi adalah pembentukan opini masyarakat juga harus diterima secara kritis. Masyarakat harus pandai menyeleksi dan menilai sesuatu informasi tanpa harus dipengaruhi opininya oleh media. Masyarakat harus kritis, apalagi era keterbukaan informasi saat ini telah memberikan pembanding informasi yang cukup untuk membangun kemandirian opini masyarakat. Populisme politik harus selaras dengan sikap kritis dan keingintahuan menggali informasi yang lebih dalam guna menemukan kebenaran setiap informasi yang kita terima.

H Yuddy Chrisnandi, Guru Besar Pascasarjana Universitas Nasional Menpan dan RB 2014-2016
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Maret 2017, di halaman 7 dengan judul "Populisme di Era Teknologi Informasi".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com