JAKARTA, KOMPAS.com - Petani dari kawasan Pegunungan Kendeng akan kembali melakukan aksi protes semen kaki di depan Istana Negara, besok, Rabu (15/3/2017) siang, sekitar pukul 13.00 WIB.
Mereka tetap melanjutkan aksi protes, sebab tuntutan mereka untuk bertemu Presiden Joko Widodo belum terpenuhi.
"Para petani Kendeng akan kembali aksi besok di tempat yang sama pukul 13.00 WIB. Mereka baru berhenti jika bisa bertemu Presiden," ujar Ivan Wagner, pendamping hukum petani Kendeng dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang saat ditemui usai unjuk rasa di depan Istana Negara, Selasa (14/3/2017).
Sejak memulai aksi pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pukul 17.00 WIB, tuntutan para petani Kendeng itu belum ditanggapi oleh pihak Istana.
Mereka juga meminta Presiden Jokowi segera mencabut izin lingkungan PT. Semen Indonesia yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen yang dinilai merusak lingkungan.
(Baca: Pemerintah Tak Bisa Cegah Ganjar Teken Izin untuk Pabrik Semen di Kendeng)
Menurut Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Joko Prianto para petani Kendeng ini tidak akan melepaskan belenggu semen dari kaki mereka sampai Presiden Jokowi mengabulkan tuntutan mereka.
"Aksi semen kaki ini adalah gambaran apa yang dialami oleh para petani di Pegunungan Kendeng. Hidup mereka telah terbelenggu dengan keberadaan pabrik semen yang merusak alam," ucap Joko.
Pada aksi protes di hari kedua ini jumlah petani yang mencor kakinya bertambah menjadi sebelas orang setelah sehari sebelumnya sepuluh petani mencor kakinya lebih dulu.
Gunretno dari komunitas Sedulur Sikep pun ikut mencor kakinya dengan semen dan bergabung dengan sepuluh petani lainnya. Joko menuturkan, jumlah petani akan terus bertambah selama mereka melakukan aksi protes di depan Istana.
(Baca: Syair "Ibu Bumi" di Kotak Semen Kaki Para Petani Kendeng...)
Pada kesempatan yang sama anggota JMPPK asal Pati, Suharno mengatakan, rencananya sore ini puluhan warga Pati dan Rembang akan datang ke Jakarta untuk memberikan solidaritasnya. Menurut Suharno, mereka juga sudah bersedia untuk ikut mencor kaki dengan semen di depan Istana Negara.
Aksi semen kaki oleh petani Kendeng itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap izin lingkungan baru yang diteken Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dengan terbitnya izin tersebut kegiatan penambangan karst PT. Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.
Padahal, pada 5 Oktober 2016 Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan Peninjauan Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016 yang mengabulkan Gugatan Petani Kendeng dan mencabut Izin Lingkungan Pembangunan dan Pertambangan Pabrik PT. Semen Indonesia di Kabupaten Rembang.
(Baca: Petani Kendeng Enggan Buka Belenggu Semen di Kaki Sebelum Bertemu Jokowi)
Sebelumnya pada 2 Agustus 2016 Presiden Jokowi juga menerima Para Petani Kendeng dan memerintahkan Kantor Staf Presiden bersama Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan menunda semua izin tambang di Pegunungan Kendeng.
Tim Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam kesimpulan awalnya menyebutkan bahwa Kawasan Cakungan Air Tanah Watu Putih di Kendeng merupakan kawasan Karst yang harus dilindungi secara Lingkungan Hidup dan tidak boleh ditambang.
Meski sudah ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan perintah Presiden untuk memoratorium izin, namun pada 23 Februari 2017 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali mengeluarkan izin lingkungan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.