Dalam periode tersebut, segala tindak-tanduk maupun tutur katanya menekankan perilaku arif dan suri teladan cenderung tawadu. Ada beberapa petatah-petitihnya yang alih-alih menggunakan bahasa Arab karena beliau habib, tetapi menggunakan pendekatan lokal atau bahasa Jawa khas Cirebonan.
Terkait perilaku, misalnya, ada den Welas asih ing sepapada (harus menyayangi sesamanya) dan pemboraban kang ora patut anulungi (yang salah jangan ditolong).
Ada pula singkirna sifat kanden wanci (jauhi sifat yang tidak baik), duwehna sifat kang wanti (miliki sifat yang baik), amapesa ing bina batan (jangan serakah atau berangasan dalam hidup), serta angadahna ing perpadu (jauhi pertengkaran).
Sementara terkait laku Islami sendiri, antara lain yen sembahyang kungsi pucuke pnah (jika shalat harus khusyuk dan tawadu seperti anak panah yang menancap kuat).
Demikian pula yen puasa den kungsi tetaling gundewa (jika puasa harus kuat seperti tali gondewa), ibadah kang tetap (ibadah itu harus terus-menerus), manah den syukur ing Allah (hati harus bersyuklur kepada Allah), dan kudu ngahekaken pertobat (banyak-banyaklah bertobat).
Semuanya itu tidak instan. Komunikasi massa yang teguh hasilnya hingga kini jelas memerlukan proses tak sebentar. Sunan Gunung Jati melakukan dalam kurun waktu sangat panjang.
Maka itu, posisinya sebagai seorang ulama mendapat gelar Waliyullah, dan gelar Sayidin Panatagama atau dalam tradisi Jawa disebut sebagai wakil Tuhan di dunia (Lasmiyati, 1995: 33-34).
Kesimpulannya, komunikasi massa sang penyebar Islam di Jawa Barat, Banten, dan sebagian Jakarta ini dilakukan dengan persuasif sekaligus intrusif pada saat tertentu secara konsisten dan berkesinambungan. Prinsip dakwah yang menekankan akhlak baik sangat ditonjolkan di kebanyakan momen dalam durasi waktu lama, namun tak segan membela kalam Allah SWT dengan pertempuran jika situasi menghendaki.
Akhir kata, mengutip petatah Sunan Gunung Jati, terkait kedatangan Raja Salman di Indonesia mulai 1 Maret 2017, maka marilah den bisa megeng ing nafsu (harus dapat menahan hawa nafsu) sekaligus aja ilok ngamad kang durung yakin (jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.