Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pelecehan Pancasila, Militer Australia Akhirnya Minta Maaf

Kompas.com - 09/02/2017, 11:03 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Militer Australia menyampaikan permohonan maaf kepada TNI terkait dugaan pelecehan Pancasila di sekolah pasukan khusus Australia, beberapa waktu lalu.

Permintaan maaf itu disampaikan secara resmi oleh Chief of the Australian Army Letnan Jenderal Angus Campbell saat menemui Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono, Rabu (8/2/2017) kemarin.

Angus merupakan utusan dari Chief of Defence Force,  Australian Defence Force Marsekal Mark Binskin.

"Letnan Jenderal Angus menyampaikan rasa penyesalan mendalam dan permohonan maaf dari Panglima Angkatan Bersenjata dan Kepala Staf Angkatan Darat  Australia atas insiden tersebut," ujar Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, melalui siaran pers.

Selain itu, Angus juga menyampaikan hasil investigasi internal terkait dugaan pelecehan Pancasila yang terjadi di lembaga pendidikan bahasa Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat Australia itu.

Militer Australia memutuskan memberikan sanksi tegas kepada personelnya yang terlibat serta bertanggung jawab atas dugaan pelecehan lambang negara Indonesia.

"Australian Defence Force menerapkan sanksi tegas kepada seluruh personel yang terlibat dan bertangggung jawab atas kejadian tersebut, yang berdampak terhadap karier mereka," ujar Harefa.

Militer Australia juga memutuskan menghentikan kegiatan pelajaran pendidikan bahasa Indonesia dan melaksanakan pembenahan internal satuan dan staf, tenaga pengajar serta personel yang terlibat.

Materi pelajaran yang menyinggung Pancasila akan direvisi.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan terima kasih atas respons maupun tanggapan dari Chief of Defence Force dan Chief of the Australian Army yang mengambil langkah cepat dan tegas.

Ia mengatakan, pelecehan Pancasila sangat menyakitkan bagi tentara Indonesia.

"Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia maupun bagi seluruh rakyat, sehingga rakyat Indonesia rela mati untuk membela ideologinya, apalagi bagi seorang prajurit TNI dan hal itu sangat sensitif dan menyakitkan," ujar Panglima TNI.

Meski demikian, Gatot menerima permohonan maaf dari militer Australia.

Menurut dia, di era kompetisi global ini, persatuan dan persahabatan yang sehat sangat diperlukan bagi hubungan antar-negara.

Gatot belum mengambil keputusan apakah TNI akan tetap melanjutkan kerja sama dengan militer Australia atau tidak. 

Ia aka konsultasi dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sekaligus melaporkan perkembangan kepada Presiden Joko Widodo.

Insiden dugaan pelecehan Pancasila itu berawal dari laporan instruktur Bahasa Indonesia dari Kopassus yang bertugas di Australia bernama Lettu Inf Irawan Maulana Ibrahim ke satuannya.

Dalam misinya sebagai pengajar di pangkalan militer di Perth, Australia, Maulana menemukan materi pelajaran yang melecehkan Pancasila dan TNI.

Kurikulum yang diterapkan dan perilaku militer Australia, menurut Lettu Irawan, juga menunjukkan sikap yang mendiskreditkan ideologi Pancasila, yakni mengubahnya menjadi Pancagila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com