Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Seleksi Hakim MK di Era Jokowi Diharapkan Lebih Baik

Kompas.com - 01/02/2017, 14:14 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.COM - Mantan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Harjono mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo dalam membentuk tim (timsel) seleksi hakim MK pengganti Patrialis Akbar.

Ia berharap, rangkaian proses itu menghasilkan hakim MK yang bersih dari korupsi.

"Diharapkan timsel itu bisa mencarikan orang-orang yang benar-benar negarawan. Jangan sampai terlilit di dalam kasus-kasus seperti Patrialis lagi," ujar Haryono saat ditemui di Kompleks Istana Presiden, Rabu (1/2/20017) siang.

Harjono menambahkan, terjeratnya seorang hakim MK dalam kasus korupsi, memang sedikit banyak disebabkan oleh proses rekrutmen hakim yang tidak mengedepankan prinsip keterbukaan.

(Baca: Presiden Akan Tunjuk Sosok Berintegritas dalam Pansel Hakim MK)

"Dalam rekrutmen (hakim MK), ada persyaratan, misalnya tentang keterbukaan dan sebagainya. Yang kemudian Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) kepada Pak Patrialis, agak berbeda," ujar Harjono.

Harjono sempat mendengar dari staf SBY kala itu bahwa proses rekrutmen Patrialis sebenarnya telah dilakukan.

Namun, Harjono mengaku, tidak pernah melihat secara terbuka proses yang dimaksud itu.

"Kalau ada tes-tes secara terbuka, kita tidak pernah dengar," ujar dia.

Diberitakan, KPK menangkap Patrialis di pusat perbelanjaan di bilangan Jakarta Pusat Rabu (25/1/2017).

Patrialis diduga menerima suap senilai 20.000 dollar AS dan 200.000 dollar Singapura, atau sekitar Rp 2,15 miliar.

Suap diduga diberikan oleh pengusaha impor daging bernama Basuki Hariman. Uang suap diduga agar Patrialis membantu mengabulkan gugatan uji materi yang sedang diproses di Mahkamah Konstitusi.

(Baca: Istana: Pengalaman Penunjukan Pak Patrialis Jangan Terulang Kembali)

Perkara gugatan yang dimaksud yakni, uji materi nomor 129/puu/XII/2015.

Pengujian tersebut terkait Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Presiden saat ini masih menunggu surat permohonan pemberhentian Patrialis dari MK. Seiring dengan itu, Presiden menggodok nama timsel hakim MK penggati Patrialis.

"Yang paling utama (sosok timsel) adalah sosok berintegritas. Pansel itu harus terdiri dari orang yang berintegritas," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/1/2017).

Kedua, sosok pansel Hakim MK juga harus berasal dari tokoh masyarakat.

Kompas TV Kasus Suap Hakim MK

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com