Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Lautze dan Aktivitas Muslim Tionghoa pada Hari Minggu...

Kompas.com - 31/01/2017, 21:00 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kubah dan bedug adalah bagian yang lazim ada pada masjid-masjid di Indonesia. Bahkan, kalau masjid itu besar biasanya dilengkapi dengan menara menjulang tinggi.

Namun, tidak demikian dengan Masjid Lautze. Tempat ibadah umat Islam di Jalan Lautze nomor 88-89, Sawah Besar, Jakarta Pusat ini malah mirip ruko, dengan langgam arsitektur China.

Hal tersebut terlihat dari warna cat yang mentereng, yaitu kombinasi hijau, kuning dan merah. Lalu, lampion yang menggantung di teras depan dan pintu masuk berlanggam gaya Tionghoa dengan bentuk oval di bagian atasnya.

Tidak ada tulisan besar penanda kalau ini adalah masjid, yang ada hanya papan bertuliskan “Yayasan Haji Karim Oei", yaitu yayasan yang mengelola Masjid Lautze. Jadi, jika tak jeli maka orang tak mengira kalau itu adalah masjid.

Diresmikan oleh BJ Habibie saat masih menjadi Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia pada 1994, masjid ini memang dibangun sebagai bentuk syiar Islam ke masyarakat Tionghoa. 

Adapun Lautze adalah nama dari tokoh Muslim Tionghoa yang telah memeluk Islam pada 1930. Dalam bahasa Tionghoa, "Lautze" berarti "guru".

"Kami dirikan di daerah dekat Pasar Baru karena di wilayah ini banyak permukiman orang Tionghoa, jadi biar lebih mudah syiar Islam ke mereka," ujar Ketua Yayasan Haji Karim Oei, Muhammad Ali Karim, saat dihubungi Kompas.com, Senin(30/01/2017).

Namun, tidak seperti masjid pada umumnya yang terbuka 24 jam, waktu operasional Masjid Lautze mengikuti jam operasional kantor yang buka sejak pukul 09.00 - 17.00 WIB.

Oleh karena itu, masjid hanya digunakan saat shalat Dzuhur dan Ashar. Sementara itu, untuk shalat Subuh, Maghrib dan Isya, masjid tidak digunakan untuk shalat berjemaah.

"Pernah buka sampai Maghrib, tetapi sepi. Hanya beberapa orang saja," kata Ngatimin (63) yang bertugas sehari-hari sebagai marbot atau pengurus Masjid Lautze.

Adapun pada bulan Ramadhan, lanjut Ngatimin, masjid hanya beroperasi penuh setiap Sabtu malam.

Sebagai informasi, Masjid Lautze adalah gabungan dari dua ruko. Saat awal berdiri pada 1991, masjid  bersama Yayasan Haji Karim Oie hanya menempati satu ruko. 

Dengan berjalannya waktu, yayasan membeli ruko di sebelah untuk memperluas bangunan masjid dan baru diresmikan pada 1994.

Mikhael Gewati Bagian dalam Masjid Lautze, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (30/01/2017)
Bangunan Masjid Lautze terdiri dari empat tingkat. Lantai pertama dan kedua berfungsi sebagai tempat ibadah. Lantai ketiga adalah kantor yayasan, sementara di lantai keempat  merupakan aula.

"Pas shalat Jumat lantai satu dan dua masjid penuh dengan umat jumlahnya kira-kira ratusan orang lebih," ujar Ngatimin.

Ramai di hari Minggu

Meski Masjid Lautze dikenal sebagai lokasi syiar Islam ke kalangan Tionghoa, namun dalam kesehariannya tidak semua jemaah adalah orang Tionghoa.

Ngatimin menjelaskan bahwa Muslim Tionghoa baru ramai terlihat pada hari Minggu. Tak hanya beribadah, mereka yang merupakan mualaf sedang mendalami ajaran agama Islam.

Adapun soal jumlah, Ngatimin mengatakan, jumlah umat Muslim Tionghoa yang datang berkisar 11-12 orang.

"Setiap seminggu sekali secara bergantian mereka harus khotbah di masjid ini, di depan umat," ujar Ngatimin yang sudah menjadi marbot di sana selama 6 tahun.

Bukan hanya untuk ibadah, yayasan pengelola Masjid Lautze menyediakan layanan kesehatan di lantai dua. Pengobatan yang buka setiap Selasa dan sudah berlangsung selama satu tahun itu terbuka untuk masyarakat golongan ekonomi tak mampu. 

Bahkan, menurut  Muhammad Ali Karim, tak hanya obat dan biaya dokter yang gratis, pihaknya bisa merujuk pasien ke rumah sakit bila diperlukan.

"Kami ini kan kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), jadi bukan kami yang bayar tapi mereka," ujar Ali Karim yang punya nama China Oei Tek Lie.

Kompas TV Rayakan Imlek, Bandara Sam Ratulangi Gelar Atraksi Barongsai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com