JAKARTA, KOMPAS.com — Sastrawan senior Seno Gumira Ajidarma mengibaratkan, tengah terjadi peperangan di jagad maya Indonesia saat ini. Perang antara kekuatan baik dan kekuatan jahat.
Kekuatan jahat berupa berita hoax, dan kekuatan baik yakni fakta. Ia pun mendorong organisasi Islam untuk turut ambil bagian dalam "peperangan" itu.
"Sudah saatnya kita perang Baratayudha," ujar Seno dalam acara diskusi di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2017).
"Perang Baratayudha ini jangan dilihat dari darahnya ya, tetapi wacananya bahwa kekuatan jahat harus dilawan. Kalau tidak dilawan, nanti kebohongan jadi kebenaran," lanjut dia.
Seno melihat bahwa organisasi Islam di Indonesia mempunyai kekuatan untuk melawan itu. Nahdlatul Ulama, misalnya. Terlebih lagi, medium perlawanan sudah ada, yakni media sosial.
(Baca: Mengapa Banyak Orang Mudah Percaya Berita "Hoax"?)
"NU kan didirikan untuk syiar Islam, untuk dakwah. Sekarang medianya sudah ada menggandakan itu, tidak lagi tergantung juru bicara, tidak lagi tergantung dai berbakat. Tinggal klik, menyebar itu," ujar Seno.
Intelektual Islam, lanjut Seno, harus mulai menyampaikan narasi-narasi bagaimana Islam yang memberikan rahmat bagi seluruhnya. Islam Nusantara.
Seno menyarankan, gerakan perlawanan itu jangan diserahkan ke masing-masing pribadi intelektual Muslim. Perlawanan itu harus dijadikan kebijakan oleh ormas Islam.
"Asalkan menjadi policy. Bergeraknya harus anggun. Pihak intelektual, berwawasan, konstruktif, menjelaskan Islam yang baik itu sebenarnya seperti apa," ujar dia.