Tradisi leluhur
“Ciam si itu tradisi yang ribuan tahun sudah dilakukan dan sampai sekarang masih dilakukan. Tradisi turun temurun. Kalau ditanya awalnya dari mana juga kita tidak tahu dengan jelas,” ujar Wiguno, salah seorang pendiri Yayasan Wihara Dharma Bakti.
Menurut dia, ciam si boleh dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Siapa saja yang memerlukan petunjuk ilahi boleh datang dan melakukannya.
“Sebenarnya boleh kapan saja tetapi kalau dalam hari-hari sibuk seperti saat sembahyang Imlek ini memang sebaiknya jangan. Istilahnya dewa-dewi juga kedatangan banyak tamu,” ujarnya.
Oleh karena ciam si merupakan tradisi, bisa dikatakan hampir semua orang Tionghoa pernah mencobanya. Seperti Acen (55), salah satu pengunjung wihara yang hari itu melakukan ciam si.
(Baca: Harmoni Tahun Baru Imlek di Kota Berjuluk Serambi Madinah)
“Biasanya saya ciam si waktu Ce It, tanggal 1 di awal tahun baru, dan Cap Go, tanggal 15. Minta petunjuk untuk apa saja. Ada masalah apa, rezeki bagaimana, keluarga, semua bisa ditanya,” ujar Acen (55), pengunjung Wihara Dharma Bakti, seusai melakukan tradisi tersebut.
Ia sebenarnya sudah tidak lagi memeluk agama Buddha. Namun, hingga saat ini ia masih sering melakukan ciam si.
“Sebagai pegangan, petunjuk. Kadang ada juga yang hasilnya seperti mau memberi tahu sesuatu supaya kita jaga-jaga,” katanya.
(Baca: Ada "Serba Pantang" di Imlek, Apa Kata Generasi Milenial Tionghoa?)
Tidak hanya oleh mereka yang tua-tua saja, tradisi ini juga dilakukan oleh mereka yang masih muda. Seperti Yuli (28) yang hari itu datang bersama keluarga.
“Kalau ada yang mau ditanya, enggak yakin jalan keluarnya bagaimana, atau apa saja biasanya ditanya. Tapi yang penting yakin dan jelas mau tanya apa,” kata Yuli.
Harus dengan keyakinan penuh
Wiguno menyarankan ciam si dilakukan dengan keyakinan penuh. Jika tidak percaya, sebaiknya tidak usah mencoba ciam si.
“Kalau mau tanya mesti yakin. Kalau enggak percaya buat apa tanya,” kata Wiguno.
Ciam si tidak selalu hasilnya baik. Terkadang juga buruk, menurut manusia. Namun, Wiguno mengatakan jawaban tersebut harus diterima. Jika baik, ucapkan syukur. Jika buruk, mintalah perlindungan.
“Hasil dari ciam si, baik atau buruk nanti juga akan kembali ke manusianya. Bagaimana perilaku, tingkah laku dia bagaimana,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.