JAKARTA, KOMPAS.com - Sabtu (28/1/2017) malam, warga memadati kantor DPP PDI-P di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Mereka sengaja datang karena ingin menonton pagelaran wayang kulit dalam rangka perayaan HUT PDI-P ke 44.
Suasana halaman pakir kantor DPP berubah layaknya pasar rakyat. Sepanjang jalan masuk menuju panggung pertunjukkan dipadati oleh pedagang kaki lima.
Berbagai macam barang dijajakan. Dari mulai makanan khas angkringan, kaus bergambar tokoh wayang, blangkon, hingga mainan berupa wayang dari kulit.
Seorang pria paruh baya bernama Narsum terlihat serius menata barang dagangannya. Narsum adalah seorang penjual DVD pagelaran wayang kulit. Hampir semua pertunjukkan dari dalang-dalang ternama dia mempunyainya.
Sejak merantau ke Jakarta tahun 1980-an, pria asal Purwokerto itu pernah menjadi pengamen, cleaning service, dan kenek angkutan kota. Kemudian sekitar tahun 2008, Narsum memilih membuka usaha kaki lima.
Bagi Narsum menjadi penjual DVD pertunjukkan wayang jauh lebih menguntungkan dan sejalan dengan kegemarannya menonton wayang. Narsum rajin mendatangi kampung-kampung di Jakarta yang sedang menggelar pertunjukkan. Jika sedang tidak ramai, Narsum hanya menerima pesanan dari pelanggan yang menghubunginya.
Pesanan itu kemudian dia kirim dari rumah kontrakannya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Sudah banyak pelanggan saya. Mereka orang-orang Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) yang tinggal di Jakarta. Mungkin karena kangen kampung halaman, mereka sering pesan DVD wayang kulit," ujarnya.
Selain Narsum, ada juga Musyanto yang mencoba peruntungannya malam itu. Musyanto adalah penjual wayang kulit dari Yogyakarta. Dia memutuskan hijrah ke Jakarta sekitar tahun 1970-an.
Hampir setiap hari Musyanto berkeliling kota Jakarta untuk menawarkan dagangannya. Satu tokoh wayang dengan ukuran yang tidak begitu besar bisa dia jual dengan harga Rp 100.000. Namun Musyanto lebih senang memilih berjualan di sekitar Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, saat hari libur.
"Saya biasanya jualan di sekitar Tugu Proklamasi kalau tidak ada acara wayangan. Ada saja yang beli, Mas. Lumayan," kata Musyanto sambil melayani pembeli yang menanyakan wayang tokoh Arjuna.
Musyanto mengaku hasil dari berjualan wayang kulit cukup untuk membayar sewa rumah dan mencukupi kebutuhan keluarganya. "Cukuplah Mas, asal ndak macam-macam," ujarnya sambil terkekeh-kekeh.
Sekitar pukul 21.30 dalang Ki Seno Nugroho memulai pagelaran wayang dengan lakon "Semar Bangun Candi Sapto Argo".
Narsum dan Musyanto tidak ketinggalan menikmati acara yang sudah menjadi tradisi saat HUT partai berlambang kepala banteng itu.
Para petinggi PDI-P seperti Sekretaris Jenderal DPP Hasto Kristiyanto dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat terlihat hadir di tengah-tengah warga.
Selain Djarot dan Hasto hadir pula Kepala Daerah se-Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dari PDI-P.
Sebelum pertunjukkan, Hasto sempat mengungkapkan kepada wartawan bahwa pagelaran wayang tersebut bukan sekadar menjadi sarana hiburan.
Menurut Hasto, cerita wayang itu menyiratkan satu pesan, sejatinya sebuah negara tidak akan bisa dibangun tanpa adanya peran punakawan atau masyarakat.
Oleh sebab itu sejatinya seorang pemimpin harus memiliki keberpihakan terhadap aspirasi-aspirasi masyarakat.
"Cerita wayang itu mengingatkan kepada seluruh kader PDI-P bahwa sejatinya untuk menjadi seorang pemimpin dia harus punya keberpihakan pada punakawan atau wong cilik," kata Hasto.
Sampai lewat tengah malam pertunjukkan wayang masih dimainkan oleh Ki Seno. Narsum dan Musyanto pun masih terlihat berada di tengah-tengah "wong cilik" yang duduk mendengarkan cerita Sang Dalang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.