KOMPAS.com — Jejeran pertokoan adalah hal pertama yang akan Anda temukan ketika menelusuri Jalan Perniagaan Raya, sebuah jalanan sibuk yang berada di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Mulai dari alat-alat listrik, peralatan mesin jahit, plastik, sepatu, sampai hotel berjejer di kanan kiri jalan.
Di tengah-tengahnya, Anda akan menemukan Pasar Perniagaan yang dikenal sebagai salah satu pusat grosir. Sesuai dengan namanya, Jalan Perniagaan, kawasan ini merupakan salah satu pusat perniagaan yang berada di Jakarta Barat.
Bukan hanya jejeran pertokoan, di sepanjang 350 meter jalan raya ini juga ditemukan wihara, klenteng, gereja, dan mushala terselip di antara bangunan lainnya. Ini menunjukkan bahwa pada kawasan padat penduduk ini hidup berdampingan antara masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa.
Satu hal lagi yang bisa diamati dari daerah ini adalah beberapa bangunan tua dengan arsitektur zaman kolonial yang masih berdiri di antara bangunan-bangunan baru. Dari sini juga bisa ditarik kesimpulan bahwa kawasan ini sudah ramai dari masa Hindia-Belanda.
Sempat berjaya
Ada satu bangunan yang menarik perhatian, yaitu bangunan tua yang berada di salah satu sudut Jalan Perniagaan Raya. Sebetulnya bagian depan bangunan ini menghadap ke Jalan Perniagaan Barat dan Kali Krukut. Namun, bangunan dengan arsitektur memanjang ini sebagian besar badannya menghadap Jalan Perniagaan Raya.
Hal yang menarik dari bangunan ini adalah jejak tulisan “Toko Obat Lay An Tong” di bagian muka gedungnya. Tulisan tersebut hampir tidak terbaca, hanya terlihat seperti bayangan dari bekas tulisan yang ditimpa oleh cat.
Mulai dari tukang parkir, pedagang keliling, sampai pegawai pertokoan sekitar hanya tahu kalau dulunya bangunan tersebut adalah sebuah toko obat china.
Hanya orang tua yang merupakan warga asli sana yang memiliki kenangan langsung akan toko obat yang sempat jaya itu.
Salah satunya Joni, seorang warga asli kelahiran tahun 1964, mengisahkan, semua warga di sini beli obat Toko Obat Lay An Tong ketika ia masih remaja.
“Dulu sangat terkenal, warga di sini beli obatnya di sini semua. (Obat) semua penyakit ada, tinggal bilang saja sakitnya apa,” jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (24/1/2017).
Sambil mengingat-ingat, Joni mengaku kalau dulu ia sering membelikan obat arak gosok untuk orang tuanya di Toko Obat Lay An Tong.
Beralih fungsi
Selain Joni, kakek-kakek penjual buah potong keliling yang dikenal dengan panggilan Alex juga bisa menceritakan toko obat ini di masa jayanya. Walaupun tidak bisa mengingat obat apa yang biasa dibelinya, kakek berumur 73 tahun ini membenarkan bahwa pada masanya toko obat ini berjaya.
Tidak diketahui kapan awal mula Toko Obat Lay An Tong ini beroperasi. Namun, menurut Joni, toko ini meredup ketika kalah bersaing dengan toko obat lainnya.
“Awalnya kalah saing sama Toko Obat Lo Ban Teng. Dulu (toko obat) Lo Ban Teng masarin (obat) arak gosoknya sampai ke gang-gang. Pakai besi dipukul-pukul ke tangan (untuk mendemonstrasikan keampuhan obatnya),” ucap dia.
Kalah saing dan terus semakin meredup, Toko Obat Lay An Tong akhirnya tutup pada tahun 2000-an. Bangunannya sendiri tidak dipugar, tetapi dialihfungsikan sebagai toko yang menjual peralatan mesin jahit dan listrik.
Kini yang tersisa dari toko obat china yang pernah berjaya di Ibu kota ini hanya tinggal bangunan dan cerita dari warga sekitar yang sudah tua.
Kendati cerita soal toko obat ini hanya menjadi kenangan, tetapi keberadaan bangunan toko obat itu menjadi penanda etnis Tionghoa di tengah-tengah warga Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.