Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo dan Prediksi Pertarungan Pilpres 2019

Kompas.com - 10/01/2017, 07:28 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali digadang untuk bertarung lagi sebagai calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengklaim mayoritas kader menginginkan mantan Panglima Kostrad itu maju kembali. 

Wacana ini kembali muncul ketika calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 Sandiaga Uno menyebut Prabowo sebagai Presiden RI periode 2019-2024.

Meski Prabowo menyatakan belum mempersiapkan diri karena pilpres masih lama, pencapresan Prabowo mungkin saja terjadi.

Dukungan terhadap dia dinilai masih besar, meski kalah dari Joko Widodo pada Pilpres 2014 lalu.

"Reaksi politik semacam ini harus kita baca sebagai kesiapan sekelompok orang atau partai yang memang menggadang-gadang sama seperti ketika Bu Mega (Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri) maju kembali," kata dosen Komunikasi Politik Universitas Bengkulu Lely Arrianie, saat dihubungi, Senin (9/1/2017) malam.

(Baca: Fadli Zon: Mayoritas Kader Gerindra Ingin Prabowo Maju Pilpres 2019)

"Nah, kalau ada kemungkinan Pak Prabowo untuk maju kembali, saya pikir itu akan terjadi," kata Ketua Program Pascasarjana Komunikasi Universitas Jayabaya Jakarta itu.

Pertarungan antara Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014, cukup keras.

Prabowo-Hatta hanya kalah tipis dari Jokowo-Kalla.

Sepanjang masa kampanye, berbagai dinamika terjadi, termasuk praktik kampanye hitam.

Jika Prabowo kembali maju pada Pilpres 2019 dan berhadapan dengan Jokowi, pertarungan keras diprediksi akan kembali terjadi.

"Kita akan melihat kembali pertarungan yang sama kerasnya dengan yang terjadi 2014," ujar Lely.

Namun, menurut dia, kampanye hitam tak akan semassif pada Pilpres 2014.

(Baca: Diminta Kader untuk Jadi Calon Presiden 2019, Apa Jawaban Prabowo?)

Jika Jokowi juga mencalonkan diri, lawannya akan cenderung menyerang kinerjanya sebagai petahana.

"Kita harus membaca betapa tidak nyamannya pendukung Prabowo yang kemudian menyaksikan bahwa Pak Prabowo tidak menang, tapi Pak Jokowi tidak bisa menghadirkan sebuah pemerintahan yang diharapkan oleh pendukung Prabowo tadi," ujar Lely.

Lely menilai, hingga saat ini belum terlihat sosok yang sekuat Jokowi atau Prabowo untuk maju Pilpres 2019.

Ia memprediksi, awal 2018 atau akhir 2017, sosok-sosok itu akan mulai bermunculan.

"Figur-figurnya memang sekarang ini belum menyeruak. Kalau dulu kan sejak lama sudah beriklan misal Aburizal Bakrie, Prabowo, PDI-P iklan politiknya justru banyak Megawati bukan Jokowi, Hary Tanoe," kata dia.

Arah dukungan partai politik juga belum bisa dibaca. Tahun ini diprediksi angin politik akan segera berembus dan geliatnya mulai terasa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com