Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris Gunakan Internet, Pemblokiran Situs Radikal Dinilai Terlambat

Kompas.com - 09/01/2017, 20:55 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis pemuda Nahdlatul Ulama (NU) dan pegiat media sosial, Zuhairi Misrawi, menilai pemblokiran situs radikal merupakan upaya persuasif yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah sejak dulu.

Menurut Zuhairi, sejak 2004, kelompok-kelompok teroris seperti ISIS, telah menggunakan internet sebagai media untuk menyebarkan paham radikal dalam melakukan rekrutmen anggota.

"Sebenarnya pemerintah terlambat untuk memblokir situs-situs radikal karena kita tahu bahwa ISIS itu melakukan rekrutmen dan penanaman ideologi melalui internet dan media sosial. Ini sudah jelas menjadi ancaman," ujar Zuhairi saat dihubungi, Senin (9/1/2017).

Selain terlambat, Zuhairi juga mengkritik kelemahan pemerintah yang tidak mampu memetakan gerakan keislaman radikal di Indonesia.

Selama ini, kata Zuhairi, pemerintah tidak pernah melibatkan orang-orang yang mengerti seluk-beluk kelompok radikal tersebut.

"Seharusnya pemerintah cukup waspada karena ini sudah terjadi sejak lama, sejak periode SBY menjadi presiden. Sampai saat ini saya melihat pemerintah tidak memiliki tim yang mengerti mengenai peta gerakan keislaman radikal di Indonesia," tuturnya.

Selain itu, Zuhairi berpendapat bahwa pemblokiran situs tidak melanggar proses demokrasi dan hak warga negara dalam berpendapat.

Zuhairi menuturkan, dalam berdemokrasi, setiap kelompok memiliki kewajiban untuk menjaga eksistensi kebangsaan. Namun, penyebaran paham yang intoleran dan mendorong pada terorisme sangat masif di dunia maya.

Dengan demikian, pemerintah harus berani menindak situs-situs yang bermuatan negatif tersebut.

"Pemerintah harus bertindak. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tetap kami tidak ingin demokrasi Indonesia ini menjadi demokrasi barbar. Demokrasi harus tetap pada aturan dan menjaga nilai-nilai Pancasila," kata Zuhairi.

Pemerintah memblokir 11 situs yang dianggap mengandung konten negatif. (Baca: Kemenkominfo Blokir 11 Situs yang Dianggap Beraliran Radikal)

Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah meminta agar penyedia jasa layanan internet (ISP-internet service provider) untuk memblokir 11 situs tersebut sehingga tidak bisa diakses oleh masyarakat.

"Sebelas situs yang diblokir ini merupakan hasil pantauan dari sekitar 200 situs maupun media online yang diyakini bermuatan negatif," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Humas Kominfo Noor Iza, saat dihubungi, Selasa (3/1/2017).

Noor Iza mengatakan, sembilan situs pertama diblokir karena mengandung konten negatif seperti ujaran kebencian, fitnah, provokasi, SARA, hingga penghinaan simbol negara.

Sementara itu, dua lainnya karena mengandung phising dan malware. Sebelas situs tersebut ialah:

1. voa-islam.com
2. nahimunkar.com
3. kiblat.net
4. bisyarah.com
5. dakwahtangerang.com
6. islampos.com
7. suaranews.com
8. izzamedia.com
9. gensyiah.com
10. muqawamah.com
11. abuzubair.net.

Kompas TV Pemerintah Sikapi Tegas Berita atau Situs "Hoax"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com