Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2017, 18:11 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Institute for Defence, Security, and Peace Studies (IDSPS), Mufti Makaarim, mengatakan, ada tiga hal yang menyebabkan TNI menunda kerja sama militer dengan Australia Defence Force (ADF).

Menurut dia, ketiga hal tersebut banyak beredar di grup aplikasi chatting beberapa hari belakangan.

"Berdasarkan informasi yang beredar di grup WhatsApp, ada tiga alasan kenapa Indonesia marah. Ketiganya dinyatakan oleh mereka yang pernah melihat langsung," ujar Mufti saat dihubungi, Kamis (5/1/2017).

"Pertama, soal penghinaan di kelas yang menyebut Kopassus," tuturnya.

Mufti menjelaskan, dari informasi yang beredar, seorang staf pengajar bahasa dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menemukan materi kelas yang menyinggung TNI dengan menyebut mantan Komandan RPKAD Letjen (Purn) Sarwo Edhi Wibowo terlibat pembunuhan massal. RPKAD merupakan cikal bakal Kopassus. 

Selain itu, beberapa materi pengajaran juga masuk ke dalam diskursus politik terkait penugasan operasi militer oleh TNI di Papua.

Kemudian, staf pengajar dari Kopassus itu menemukan tulisan lain yang menghina lambang negara Indonesia, Pancasila, dengan memelesetkannya menjadi "Pancagila".

"Soal tulisan 'Pancagila' yang di-laminating," kata Mufti.

Setelah kejadian itu, lanjut Mufti, staf pengajar tersebut langsung melapor kepada atasannya. Pihak TNI pun langsung mengajukan permintaan investigasi untuk menelusuri informasi tersebut.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui penundaan kerja sama karena adanya oknum militer di Australia yang mengina dan melecehkan Indonesia dan Pancasila.

Menhan menyebut oknum tersebut sudah diberi sanksi oleh ADF. (Baca: Menhan Sebut Australia Sudah Bertindak Tegas soal Penghinaan Pancasila)

Sementara itu, Menteri Pertahanan Australia Marise Payne menegaskan akan menangani secara serius temuan materi pelajaran pada fasilitas pelatihan bahasa Angkatan Darat Australia, yang diduga menghina TNI.

"Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Air Chief Marshal Mark Binskin, telah melayangkan surat kepada mitranya dari Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, bahwa persoalan ini akan ditangani secara serius dan kami akan menginvestigasi masalah yang mengemuka," kata Payne dalam pernyataan resmi yang diunggah pada laman Kementerian Pertahanan Australia, www.minister.defence.gov.au, Rabu (4/1/2017).

(Baca: Australia Investigasi Temuan Materi Pelajaran yang Diduga Hina TNI)

Kompas TV Kementan Putus Kerja Sama Militer Dengan Australia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com