Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Pemuda Muhammadiyah untuk Pemerintahan Jokowi-JK

Kompas.com - 29/12/2016, 16:28 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar menilai, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla belum menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat kecil.

Catatan Pemuda Muhammadiyah, masih terjadi penindasan terhadap masyarakat miskin pada tahun 2016. 

“Bagi kami, tantangan utama hari ini miskinnya integritas, miskinnya keberpihakan terhadap orang miskin,” kata Dahnil, saat diskusi 'Catatan Akhir Tahun 2016: Membela Kaum Mustadh’afin', di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Salah satu contoh yang disebutkan Dahnil adalah polemik reklamasi Teluk Jakarta yang memanas beberapa waktu lalu.

Meski pada pertengahan tahun ini proyek itu dihentikan sementara, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, memutuskan untuk melanjutkannya.

Selain reklamasi, Dahnil juga menyoroti polemik penolakan pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah.

Petani Rembang dan Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) sebelumnya telah memenangkan peninjauan kembali yang diajukan ke Mahkamah Agung.

Namun, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, pembangunan pabrik tetap dilanjutkan.

“Ini membuktikan bahwa korporasi adalah penguasa yang sesungguhnya. Para pembuat kebijakan, gubernur, bupati, wali kota, bahkan presiden adalah bonekanya,” kata dia.

“Bukan kapitalisme yang menggagalkan kita. Yang sesungguhnya menggagalkan kita adalah 'uangisme'. Ketika uang menjadi tuha, bagi sebagian politisi kita, pembuat kebijakan kita, bagi sebagian akademisi kita, maka ini menjadi catatan yang luar biasa,” lanjut dia.

Lebih jauh, Pemuda Muhammadiyah juga menyoroti persoalan proses penegakan hukum di Tanah Air.

Penanganan kasus dugaan penodaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur nonaktif DKI Jakarta, dinilainya menjadi bukti bahwa proses penegakan hukum masih lemah.

Presiden Joko Widodo, kata Dahnil, dalam sejumlah kesempatan selalu menekankan pentingnya rasa toleransi antarumat beragama.

Menurut dia, toleransi yang sesungguhnya berarti saling memahami yang lain, dan yang lain juga memahami keyakinan yang lainnya.

“Kuncinya sekarang di penegakan hukum yang nyatanya masih menjadi PR (pekerjaan rumah). Kami mengimbanu kepada seluruh pejabat negeri untuk memaknai toleransi secara otentik. Karena toleransi sekarang sudah menjadi alat propaganda, alat dagangan,” papar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com