JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, merupakan sosok yang dikenang sebagai pejuang hak kelompok minoritas.
Kesan itulah yang menurut mantan Menteri Pertahanan pada era Gus Dur, Mahfud MD, sangat ia rasakan saat berada di dekat Gus Dur.
"Dia saya kira orang yang, tak bisa dibantah, paling toleran terhadap perbedaan," kata Mahfud saat dihubungi, Senin (26/12/2016).
Gus Dur, kata Mahfud, tak segan menceburkan dirinya langsung dalam upaya pembelaan hak kelompok minoritas.
Bahkan, Mahfud mengungkapkan, bukan soal benar dan salah yang dijadikan alasan Gus Dur untuk membela kelompok minoritas. Menurut Gus Dur, soal benar dan salah biar diserahkan kepada proses pengadilan.
Mahfud mengatakan, Gus Dur senantiasa membela kelompok minoritas karena tak ingin melihat mereka diperlakukan sewenang-wenang.
"Karena itu, dia ingin melindungi yang kecil. Meskipun benar, yang besar jangan sewenang-wenang," ujar Mahfud.
Mahfud kemudian mencontohkan saat Gus Dur membela Arswendo Atmowiloto yang saat itu terjerat kasus penistaan agama karena dianggap menghina Nabi Muhammad SAW.
"Misalkan dalam kasus Arswendo, Gus Dur 'pasang badan'. Dia sendiri yang bela. Dia tak peduli dikecam banyak orang membela orang yang dituduh kafir," ujar Mahfud.
Di samping itu, Mahfud menuturkan, Gus Dur merupakan sosok yang egaliter. Ia tak pernah berjarak dengan siapa pun.
"Dengan pejabat dan ajudan sama saja gayanya," kenang Mahfud.
Selain itu, kata Mahfud, Gus Dur merupakan sosok guru yang baik.
"Dalam arti memberi tahu hal penting, tetapi tidak dengan menggurui. Kadang dengan bergurau. Kadang bercerita dulu tentang satu peristiwa, lalu dia beri hikmahnya," tuturnya.
Catatan Redaksi:
Dalam rangka mengenang wafatnya Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid pada 30 Desember 2009, Redaksi Kompas.com akan menghadirkan sejumlah tulisan mengenai tokoh yang akrab disapa Gus Dur itu.
Pemikiran Gus Dur yang terbuka dan toleran diharap menghadirkan semangat persatuan bagi bangsa Indonesia.