JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir mengatakan, mulai tahun depan, diaspora Indonesia yang berhasil di negara asing akan mendampingi sejumlah perguruan tinggi Tanah Air untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mengapresiasi langkah tersebut.
"Karena itu saya berterima kasih (kepada) teman-teman dari luar," kata Wapres saat membuka Visiting World Class Professor di Kantor Kemenristekdikti, Senin (19/12/2016).
Diakui Wapres, penghasilan yang diperoleh para pengajar di dalam negeri memang tidak terlalu besar jika dibandingkan degan negara lain, seperti Brunei Darussalam atau Qatar.
Untuk level profesor, tunjangan tambahan yang diperoleh hanya berkisar antara 100 – 200 dollar.
Namun, Wapres menilai, ada hal yang lebih penting dari sekedar materi dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.
"Kekuatan, kebanggaan, dan yang paling penting amal jariah. Jadi Anda datang ke sini jangan berpikir dollar, berpikir amal jariah lebih hebat," ujarnya.
Lebih jauh, Wapres juga meminta agar para dosen yang telah mengajar di perguruan tinggi dapat fokus pada pembenahan mutu pendidikan anak didik.
Menurut dia, masih sedikitnya universitas di Indonesia yang masuk world class university disebabkan banyaknya dosen yang sibuk dengan urusan di luar kampus.
"Begitu ada pembangunan (misalnya), semua dosen ITB jadi konsultan. Jadi hanya Sabtu-Minggu ke kampus untuk ngajar, Senin ke Jakarta. Yang ditinggalkan asisten dosen untuk ngajar," ucap Kalla.