JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P Roeslani menilai, Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump harusnya belajar menerapkan program pengampunan pajak atau tax amnesty dari Presiden Joko Widodo.
Hal tersebut disampaikan Rosan saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Kadin di Jakarta, Kamis (1/12/2016), yang juga dihadiri oleh Jokowi.
Awalnya, Rosan menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan perwakilan Kadin Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
(baca: Jokowi Akan Kejar 95 Persen Wajib Pajak yang Belum Ikut "Tax Amnesty")
Menurut Rosan, dalam pertemuan itu, perwakilan Kadin AS menceritakan banyak hal, salah satunya terkait dengan rencana Trump untuk menjalankan program Tax Amnesty.
Rencana Donald Trump, kata dia, didasarkan atas adanya data yang menyebut ada 2,5 triliun Dollar AS dana orang Amerika Serikat yang berada di luar negeri.
Mendengar wacana tersebut, Rosan langsung menyampaikan bahwa Trump seharusnya belajar dulu kepada Presiden Jokowi.
(baca: Jokowi: "Tax Amnesty" Kita Paling Sukses dalam Sejarah Dunia)
"Mereka menyampaikan bahwa Trump akan membangun infrastruktur dan tax amnesty. Kalau begitu Trump harus bertemu dengan Presiden saya untuk mendapatkan advice, bagaimana program itu berjalan sukses ke depan," kata Rosan.
Rosan menilai, periode I Tax Amnesty yang sudah ditutup ditutup pada 30 Oktober 2016 menuai kesuksesan.
Penerimaan uang tebusan mencapai Rp 97,2 triliun. Sementara deklarasi harta mencapai Rp 4.500 triliun dan repatriasi Rp 137 triliun.
(baca: Pemerintah Yakin "Tax Amnesty" Tahap Kedua Lebih Sukses)
Menurut dia, melihat capaian itu, Indonesia patut untuk menjadi panutan.
"Tax amnesty nomor satu yang paling berhasil di dunia," ujar Rosan.
Rosan menilai, capaian Tax Amnesty itu bukan hanya telah menggenjot pendapatan Indonesia dari pajak, namun juga telah berhasil memberikan sentimen positif kepada investor.
(baca: Kesuksesan "Tax Amnesty" Dinilai Jadi Capaian Gemilang Dua Tahun Jokowi-JK)
Menurut dia, banyak investor yang menyakini bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik ke depannya.
"Keberhasilan tax amnesty, menjaga momentum menutup defisit sehingga kita bisa investasi dalam program infrastruktur. Dan juga hal ini diakui dunia," ujarnya.
Jokowi sebelumnya pernah menyebut Donald Trump meniru kebijakan Indonesia. Hal tersebut disampaikan Jokowi dihadapan para pengusaha, saat ia memberikan keynote speech pada Kompas 100 CEO Forum di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Jokowi awalnya menyinggung kemenangan Donald Trump pada pilpres AS. Lalu ia membeberkan rencana Trump untuk pengembangan infrastruktur besar-besaran serta meluncurkan program Tax Amnesty.
"Karena diperkirakan perusahaan AS menyimpan sampai Rp 2,5 Triliun USD di Luar Negeri. Angka yang sangat besar sekali," kata Jokowi.
"Saya kadang berpikir, membangun infrastruktur besar-besaranan, Tax Amnesty. Kok sepertinya niru-niru kita ya," lanjut Jokowi disambut tawa para pengusaha yang hadir.