Namun, target mereka meleset karena petugas keamanan tak dilengkapi persenjataan apapun.
Boy mengatakan, meski kelompok mereka kecil, namun tak bisa dipandang remeh.
Mereka mencoba mengembangkan pengaruh dunia luar agar semakin besar
"Kami tidak ingin masuk ke skenario yang mereka buat dan mereka kembangkan dari situasi yang ada," kata Boy.
Kelompok teroris tak relevan dengan makar
Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menganggap, terlalu jauh mengaitkan kelompok teroris dengan upaya makar.
Menurut dia, yang terjadi pada aksi 4 November lalu itu terlalu besar dikendalikan oleh mereka untuk mewujudkan misi mereka, membentuk negara Islam.
"Mereka tidak punya agenda politik sebesar itu untuk mendompleng Jokowi. Jumlahnya sedikit dan tidak ada plan," ujar Harits.
Menurut Harits, sembilan orang tersebut hanya ikut-ikutan dalam kericuhan yang terjadi.
Aksi itu dinilainya cair sehingga bisa dimasuki kelompok manapun, termasuk kelompok teroris.
Namun, mereka dianggap tak punya tujuan ke arah makar.
Justru banyak aktor politik yang berpotensi membuat makar, yang justru tak dijangkau polisi.
"Tapi apakah kelompok jihadis punya keinginann revolusi? Iya, itupun dengan syarat jika situasi betul-betul chaos. Itu doktrin yang ada dalam benak mereka dan menjadi behavior dalam gerakan mereka," kata Harits.
Namun, Harits optimistis demo 2 Desember mendatang tak lagi disusupi kelompok teroris dan akan berjalan damai.
Format aksi tersebut yakni gelar sajadah, berdoa bersama, berdzikir, hingga shalat Jumat.
Tak ada agenda untuk berunjuk rasa yang menimbulkan potensi ricuh.
"Orang yang punya hasrat tidak positif akan mundur dengan sendirinya. Mereka tidak mungkin membuat keruh dan mengarahkan arus besar dengan makar ini," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.