JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, sembilan anggota kelompok Abu Nusaibah yang terlibat dalam aksi 4 November 2016, punya strategi untuk menyusup di tengah peserta aksi.
Mereka membagi kelompok mereka menjadi dua tim, yakni untuk bergerak ke DPR RI dan ke Penjaringan, Jakarta Utara.
Aksi mereka bermula saat melihat adanya bentrok antara petugas dengan massa aksi demo di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/11/2016) malam.
Saat itu, unjuk rasa digelar untuk menuntut proses hukum terhadap Gubernur nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dituduh menistakan agama.
(baca: Polisi Tetapkan 14 Tersangka Kerusuhan dan Penjarahan di Penjaringan)
Abu Nisaibah selalu pimpinan kelompok memerintahkan rekannya, Wandi Sopandi untuk mengumpulkan kelompok dan membaginya menjadi dua bagian.
"Kelompok 1 dipimpin Abu Fatir untuk bergerak ke Penjaringan karena sudah terjadi rusuh di Penjaringan. Kelompok 2 dipimpin Abu Nusaibah untuk bergerak bergabung dengan massa di DPR," ujar Boy di Jakarta, Senin (28/11/2016).
Kebetulan, saat itu juga terjadi penjarahan di Penjaringan dan perlawanan terhadap aparat keamanan.
(baca: 9 Anggota ISIS Diduga Provokasi Kerusuhan Penjaringan)
Boy mengatakan, tujuan mereka, yakni berhadapan langsung dengan aparat keamanan. Mereka memanfaatkan bentrok massa dengan petugas untuk menciptakan kekacauan.
Bahkan, ada upaya untuk merebut senjata petugas keamanan.
"Mereka mencari kelengahan aparat keamanan untuk merebut senjata api atau apabila ada senjata yang jatuh segera diambil," kata Boy.
(baca: Kepala BNPT: Ada Potensi Aksi 2 Desember Disusupi Kelompok Teroris)
Berdasarkan keterangan salah satu tersangka, kelompok pertama tak bergabung dengan massa begitu tiba di Penjaringan.
Mereka langsung menyusup ke barisan di belakang polisi untuk mencari kelengahan aparat. Namun, ternyata bentrok sudah berhasil dikendalikan oleh aparat.