JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono meninggal dunia, Senin (14/11/2016) malam. Dia berpulang tanpa meninggalkan pesan kepada anak dan istri.
"Tidak ada pesan khusus," ujar anak bungsu Sarlito, Dimas Aditya Suryatin (36) kepada Kompas.com di rumah duka, Kompleks Dosen UI, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (15/11/2016) pagi.
Beberapa jam sebelum pukul 22.18 WIB, waktu kepergiannya, Sarlito hanya berkomunikasi singkat.
Komunikasinya pun tidak jelas mengarah ke siapa. Sebab, seluruh keluarga inti ada di dalam ruangan.
Dalam posisi tidur, ia hanya berkata-kata dengan suara lirih.
"Bapak hanya bilang, 'Haus, capek, aduh'. Itu saja. Setelah itu Bapak enggak bilang apa-apa lagi, jam 22.18 WIB meninggal dunia," ujar Dimas.
(Baca juga: Sarlito Wirawan, Psikolog Andalan Itu Telah Tiada...)
)Kronologi
Kondisi Sarlito, kenang Dimas, sudah mulai menurun pada Senin 7 November 2016.
Usai memberikan pendapat dalam perkara dugaan penodaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama di Bareskrim Polri, kondisi Sarlito mulai menurun.
"Bapak pulang sudah keliyengan. Buang-buang air terus," ujar Dimas.
Pada Selasa keesokan harinya, Sarlito tidak menghentikan kegiatannya. Selasa pagi, dia menuju Bandar Udara Soekarno Hatta untuk bertolak ke Singapura menghadiri acara diskusi mengenai antiterorisme.
Namun, lantaran kondisinya sangat lemah, pilot memutuskan melarang Sarlito terbang. Pihak keluarga pun melarikannya ke ICU Rumah Sakit Asri Siloam Duren Tiga.
"Dalam diagnosa dokter, ada pendarahan di pencernaan. Karena fesesnya mengandung darah," ujar Dimas.
Kondisi Sarlito saat itu sangat lemah. Tekanan darah sangat rendah. Hemoglobinnya juga rendah sehingga dicoba untuk distabilkan.
Pada Kamis 10 November 2016, kondisi Sarlito semakin baik. Dokter memindahkannya ke kamar rawat inap reguler.
Dari atas tempat tidur, ia sudah mulai melakukan pekerjaan ringan. Misalnya, berdiskusi dengan asisten tentang pekerjaan hingga menulis catatan-catatan kecil.
Namun, pada Minggu 20 November 2016, kondisi Sarlito kembali menurun.
"Minggu sekitar pukul 15.00 WIB, dokter bilang sudah mengusahakan yang terbaik. Namun kondisi Bapak semakin menurun sehingga harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan lengkap peralatannya," ujar Dimas.
Minggu malam, keluarga kemudian memindahkan ke RS Cikini. Namun, meski sudah diberikan obat, kondisinya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit tersebut.
Pria kelahiran Purwokerto tersebut wafat di usianya yang ke-73. Almarhum meninggalkan seorang istri, Sri Prastiwi dan tiga orang anak: Untung Adha Saryanto, Astrid Novianti dan Aditya Suryatin Sarwono.
Irman Gusman, menyampaikan nota keberatan atas surat dakwaan Jaksa penuntut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.