TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Keteladanan. Itulah yang warisan berharga yang dirasakan oleh putra bungsu Guru Besar Ilmu Psikologi Profesor Sarlito Wirawan Sarwono, Dimas Aditya Suryatin Sarwono.
Sarlito meninggal dunia pada Senin (14/11/2016) malam, karena sakit yang dideritanya.
Dimas mengatakan, ia bangga ayahnya selalu memperjuangkan apa yang diyakininya.
"Komitmen, konsisten, dan presistensi. Itulah yang benar-benar kami anak-anak belajar dari Beliau," ujar Dimas kepada Kompas.com di rumah duka, Kompleks Dosen UI, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (15/11/2016).
Sarlito, kata Dimas, selalu memberikan contoh untuk selalu menepati janji.
Ia tak akan membatalkan janji jika tak benar-benar pada kondisi yang memang tak bisa memenuhi janji itu.
"Bahkan kami-kami sudah mengingatkan, Pak, sudah jangan terlalu capek-capek, Beliau tetap tidak mau. Sudah janji, kata Bapak," kenang Dimas.
(Baca: Sarlito Wirawan, Psikolog Andalan Itu Telah Tiada...)
Dimas juga mengaku tak pernah mendengar Sarlito mengeluh saat menjalankan tugasnya.
Determinasi sang ayah dalam hal mengembangkan ilmu psikologi dan ilmu kepolisian juga diacungi jempol oleh anak-anaknya.
Hampir setiap subuh, Sarlito selalu menyempatkan diri bangun untuk membuat catatan-catatan pemikiran tentang bidang yang ia geluti.
"Apa saja Beliau tulis. Kagum saya," ujar Dimas.
Pria kelahiran Purwokerto tersebut wafat diusianya yang ke 73 tahun di Rumah Sakit PGI Cikini, Senin pukul 22.18 WIB.
Almarhum menjalani perawatan selama sepekan karena menderita luka pada saluran pencernaan
Sarlito meninggalkan seorang istri, Sri Prastiwi dan tiga orang anak: Untung Adha Saryanto, Astrid Novianti, dan Aditya Suryatin Sarwono.
Jenazah Sarlito rencananya dimakamkan di TPU Giri Tama Tonjong, Parung, Bogor, pada hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.