Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok-Djarot Atur Ulang Lokasi Kampanye hingga Penculikan WNI, Ini 5 Berita Kemarin yang Perlu Anda Tahu

Kompas.com - 07/11/2016, 05:56 WIB

Selengkapnya soal hasil piala citra dapat dibaca dalam topik ini.

3. Din Syamsuddin klarifikasi bahwa kamerawan Kompas TV bukan provokator

Tudingan provokator yang ditujukan pada kamerawan Kompas TV Muhammad Guntur yang beredar di media sosial adalah hoax. Tudingan itu beredar pasca-aksi damai 4 November yang diwarnai kericuhan di depan Istana Merdeka, Jalan Merdeka Utara, sekitar pukul 19.00.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin dalam pesan Whatsapp yang diterima Kompas.com, Minggu (6/11/2016), mengatakan, ia mengenal Guntur.

"Dia meliput di lapangan Aksi Damai 4 November 2016 dan bukan provokator," kata Din.

Pesan Din mengklarifikasi tudingan terhadap Guntur tersebar berantai. Dihubung Kompas.com Din mengakui pesan itu memang ia tulis untuk meluruskan informasi yang tidak benar.

Selengkpanya soal pernyataan Din bisa dibaca di sini.

Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon Sejumlah petugas polisi sektor Gempol Polres Cirebon menenangkan kepanikan dan ketakutan warga setelah diserang oleh supporter sepakbola menggunakan batu, petasan, kayu dan besi, di sekitar pintu tol Palimanan, Minggu (6/11/2016). Polisi juga meminta warga kembali ke rumah masing-masing dan mulai merapihkan sebagian atap rumah yang rusak akibat pelemparan. Para supporter sepakbola melakukan penyerangan di tengah perjalanan dari arah Jawa Tengah menuju Jakarta.
4. Anggota Jakmania tewas dalam tawuran dengan warga di Palimanan

Satu orang anggota Jakmania (kelompok supporter kesebelasan sepak bola Persija Jakarta) tewas setelah terlibat tawuran dengan warga di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (6/11/2016).

Rombongan Jakmania itu bentrok dengan warga di pinggir jalan saat pulang ke Jakarta seusai mendukung tim kesayangan mereka bertanding melawan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo, Sabtu kemarin.

Korban terluka kena batu dan ditinggal pergi rombongannya. Warga lalu mengeroyoknya. Korban akhirnya tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.

Selengkapnya baca di sini.

Kristian Erdianto Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir saat memberikan keterangan di kantor Kemenlu, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
5. Lagi, dua nakhoda asal Indonesia diculik di Perairan Sabah

Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi dua warga negara Indonesia (WNI) yang diculik di Perairan Sabah, Sabtu (5/11/2016).

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, dua WNI yang diculik adalah nakhoda untuk dua kapal yang berbeda. Keduanya berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara.

Mereka menakhodai Kapal SSK 00520 F dan SN 1154/4F. Belum diketahui siapa yang menculik.

Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi telah berkoordinasi dengan Pemerintah Malaysia terkait penculikan ini.

Retno berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Malaysia YB Datuk Sri Anifah Aman lantaran untuk kesekian kali warga Indonesia lagi-lagi diculik di Perairan Sabah.

Selengkapnya baca di sini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Nasional
Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Nasional
Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Nasional
Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Nasional
Petugas 'Ad Hoc' Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Petugas "Ad Hoc" Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Nasional
Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Nasional
Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Nasional
Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasional
KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

Nasional
Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Nasional
Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Nasional
Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Nasional
KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

Nasional
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

KPU Tegaskan Caleg Terpilih Wajib Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Megawati Kirim 'Amicus Curiae' ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Megawati Kirim "Amicus Curiae" ke MK, KPU: Itu Bukan Alat Bukti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com