Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY, Agus Yudhoyono, dan Pesan yang Dikirim dari Cikeas...

Kompas.com - 04/11/2016, 00:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara soal rencana aksi unjuk rasa besar-besaran pada Jumat (4/11/2016).

Hal tersebut diungkapkannya dalam konferensi pers di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Rabu (2/11/2016).

Tak lama setelah konferensi pers dimulai, ia langsung menyinggung soal tuduhan ada partai politik yang mendalangi dan mendanai aksi tersebut.

SBY tak menyebutkan secara jelas partai politik mana yang dituding seperti itu.

Ia juga tak menyebutkan, siapa yang melayangkan tuduhan.

Namun, setiap kali menyebut ada parpol yang disinyalir mendalangi aksi, nada SBY meninggi.

Beberapa topik turut disinggungnya pada kesempatan tersebut.

Selain mengenai adanya parpol yang diduga mendanai demo tersebut, SBY juga menyinggung soal hilangnya dokumen asli tim pencari fakta (TPF) kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib hingga klarifikasi dirinya yang dituding memiliki harta kekayaan pribadi senilai Rp 9 triliun.

Rangkaian tudingan tersebut terjadi dalam beberapa waktu terakhir. 

(Baca: "Daripada Saling Sindir, Lebih Terlihat Negarawan jika SBY Bertemu Presiden Jokowi")

SBY merasa seolah didera "serangan politik" sejak mengusung putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2017.

Dosen Komunikasi Politik Universitas Bengkulu Lely Arrianie menilai, ada kondisi yang membuat SBY tidak nyaman.

"Kata simbolik agar dia bisa melewati serangan politik itu kan simbol yang luar biasa bahwa dia sangat terganggu dan merasa tidak nyaman," kata Lely, saat dihubungi, Kamis (3/11/2016).

Lely mengatakan, strategi "playing victim" bisa jadi menjadi salah satu strategi yang digunakan SBY dalam rangka mengusung putranya pada Pilkada DKI.

"Bahwa gempuran dari berbagai pihak untuk pencalonan Agus begitu luar biasa," ujar dia.

(Baca: "Gara-gara Reaksi SBY soal 4 November, Semua Jadi Tahu...")

"Boleh jadi itu salah satu strategi yang digunakan untuk mengusung proses branding image Agus bahwa gempuran dari berbagai pihak untuk pencalonan Agus begitu luar biasa," lanjut Lely.

Konpers SBY dan terbelahnya persepsi publik

Meski demikian, menurut Lely, publik tak sepenuhnya melihat ada agenda khusus di balik konferensi pers yang digelar SBY. 

Menurut Lely, persepsi publik terbelah dua.

Bagi para simpatisan Demokrat atau barisan partai pendukung Agus, langkah SBY tersebut bisa jadi dianggap sebagai sinyalemen positif bahwa ada perlawanan dari SBY tentang segala isu yang melekat pada pencalonan Agus.

Namun, dari sudut pandang lawan tanding politik Agus, persepsi akan menjadi berbeda.

(Baca: SBY: Info Intelijen Demo 4 November Digerakkan Parpol, Itu Fitnah dan Menghina)

"Jadi tinggal bagaimana orang mempersepsikannya. Tapi di balik semua persepsi. (Konferensi pers) itu pesan simbolik politiknya kental sekali," ujar Lely.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com