Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewaspadai Penyusupan di Unjuk Rasa 4 November

Kompas.com - 03/11/2016, 08:46 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah tokoh agama mengimbau kelompok masyarakat yang akan berunjuk rasa Jumat (4/11/2016) agar mewaspadai pihak yang menyusupkan kepentingan di luar agenda utama demonstrasi.

Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, mengatakan bahwa saat ini muncul kekhawatiran ada kelompok tertentu yang bertujuan mengganggu stabilitas negara dengan memanfaatkan momentum unjuk rasa tersebut.

"Yang kami khawatirkan memang ada penyusupan kepentingan. Jadi, ada kelompok-kelompok yang memiliki agenda mengganggu stabilitas negara dengan menggunakan momentum ini. Akhirnya mereka yang unjuk rasa hanya akan diperalat saja," ujar Yenny dalam Program Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV, Rabu (2/11/2016). 

Yenny menuturkan, siapapun yang merasa tersinggung dengan ucapan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait Surat Al-Maidah 5, berhak berunjuk rasa.

(Baca: Polwan Berjilbab Akan Ditempatkan sebagai Garda Terdepan Saat Demo 4 November)

Namun aksi yang akan dilakukan harus tetap berada dalam koridor hukum dan tidak anarkistis. Sebab kemungkinan penyusupan kepentingan yang berujung pada perpecahan antaragama akan selalu ada.

"Mereka yang tersinggung dengan pernyataan Pak Ahok boleh saja melakukan demonstrasi asal koridornya konstitusional, tidak radikal, tidak anarkistis. Ada kemungkinan demo ini ditunggangi oleh kelompok yang memiliki agenda berbeda," kata Yenny.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj mengimbau agar aksi unjuk rasa tidak membuat suasana memanas.

Dia pun tidak menampik adanya kemungkinan penyusupan kepentingan dari luar Indonesia yang berusaha untuk membuat konflik di Timur Tengah terjadi di Indonesia.

Selain itu ada juga kepentingan dari kelompok radikal yang membawa cita-cita menegakkan khilafah.

"Apa yang terjadi di negara Timur Tengah tidak mustahil kalau ada pihak yang mau transfer ke sini," ujar Said.

Said mengingatkan, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, para ulama besar Islam seperti Kyai Hasyim Ashari, Kyai Ahmad Dahlan dan Haji Agus Salim telah memiliki agenda besar dalam menyatukan Islam dan kebangsaan.

Artinya, Islam tidak bisa dipisahkan dengan semangat nasionalisme, sebab rasa nasionalisme akan kering dan tanpa nilai jika dipisahkan dengan Islam.

Dia menyebut Kyai Hasyim Ashari telah memiliki keinginan untuk memantapkan semangat Bhinneka Tunggal Ika sejak tahun 1914.

"Keberagaman atau Bhinneka tunggal ika merupakan satu yang pasti dan seharusnya tidak lagi menjadi sebuah pertanyaan dan imbauan," ungkapnya.

Sementara itu Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa pihaknya terus waspada dengan indikasi penyusupan dari kelompok yang membawa agenda khilafah.

(Baca: Istana Imbau Masyarakat Beraktivitas seperti Biasa pada 4 November)

Menurut Tito, tidak menutup kemungkinan demo tersebut akan diikuti oleh kelompok yang terhasut dengan dugaan penistaan agama dan kelompok yang membawa agenda khilafah.

"Kami melihat bahwa dalam kelompok yang demo nanti ada kelompok yang marah dengan pernyataan ahok, ada yang terhasut bahwa telah terjadi penistaan agama dan kelompok yang membawa agenda menegakkan khilafah," ujar Tito.

Kompas TV 35.000 Massa Diperkirakan Ikuti Demo 4 November
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com