Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu WNI 4,5 Tahun Disandera Perompak Somalia

Kompas.com - 01/11/2016, 09:46 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para anak buah kapal Naham 3 sedang beristirahat, malam itu, Senin, 26 Maret 2012. 

Sebagian dari mereka, merebahkan badan, bahkan ada yang tertidur setelah seharian bekerja di atas perairan Seychelles. 

Cerita dimulai saat tembakan terdengar. Para ABK yang terdiri dari banyak bangsa ini sontak terbangun mencari sumber suara.

Tembakan membabi buta itu diarahkan ke ruang nahkoda kapal. Kapten kapal langsung tewas setelah terkena tembakan di leher.

Berondongan peluru tersebut ternyata dilepaskan perompak yang menaiki kapal berbendera Oman itu. 

Total 26 ABK, lima di antaranya dari Indonesia lari tunggang langgang. Yang ada di pikiran mereka, menyelamatkan diri, menghindar dari peluru dan mata perompak.  

(Baca: Empat WNI Bebas Setelah Disandera 4,5 Tahun oleh Perompak Somalia)

"Kami lari kemana saja yang penting tidak terlihat perompak Somalia," kata Sudirman, salah seorang ABK asal Indonesia, di ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (31/10/3/2016).

Para ABK lainnya yang berasal dari Indonesia, Filipina, Kamboja, Taiwan, China, dan Vietnam, menjadi sandera perompak Somalia sejak malam itu.

Selama 1,5 tahun 26 ABK berada di atas kapal dan selama tiga tahun berada di dataran Somalia.

Sudirman mengaku, tidak banyak kegiatan yang dilakukan para ABK saat ditawan di Somalia. Yang paling sering hanya mencari kayu bakar.

Bagi Sudirman dan ABK lainnya, hujan merupakan anugerah Tuhan yang sangat berarti. Air hujan mereka mimpikan karena sulitnya mendapat air bersih.

"Di Somalia jarang sekali hujan. Hujan dua kali dalam setahun saja sudah mukjizat. Kami menggali tanah untuk menampung air hujan," ucap Sudirman.

Air minum yang diberikan oleh perompak tidak layak dikonsumsi. Air minum untuk para sandera tercampur dengan kotoran unta dan tanah.

Menurut Sudirman, para sandera diberi jatah setengah liter air minum per hari. Aturan tersebut berlangsung selama masa penyanderaan.

Masalah tak cuma di air minum, tapi juga makanan sehari-hari yang jauh dari layak. Roti basi hampir menjadi satu-satunya menu bagi para sandera.

(Baca: Kemenlu Serahkan ABK yang Disandera Perompak Somalia kepada Keluarga)

Jika beruntung, malam hari para perompak menyuguhkan kacang merah.

"Malam hanya nasi dengan kacang merah. Itu juga kalau ada. Kalau tidak ada lauk kami minta teh. Makanya banyak dari kami yang kena diare," kata Sudirman.

Sudirman menyebutkan, keadaan itu membuat para sandera berusaha memenuhi rasa laparnya dengan memakan apa yang dapat ditemui.

ABK dari negara lain, kata dia, memakan tikus atau kucing liar. Ternyata hal itu juga mengandung risiko.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com