SERANG, KOMPAS — Sesuai dengan eksistensinya, TNI adalah pembela ideologi negara, Pancasila. Salah satunya diwujudkan dengan menjadi perekat kemajemukan bangsa sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
TNI pun tak akan menoleransi gerakan yang mengancam keutuhan bangsa.
TNI menyatakan dengan tegas bahwa mereka adalah garda terdepan dalam mengelola kebinekaan Indonesia.
Setiap bentuk ancaman terhadap keutuhan bangsa yang berbineka ini akan dihadapi TNI.
"Presiden Joko Widodo memerintahkan TNI harus menjadi garda terdepan dalam mengelola dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika. TNI tidak akan menoleransi gerakan-gerakan yang ingin memecah belah bangsa," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, di hadapan penonton konser Iwan Fals di Markas Grup 1 Komando Pasukan Khusus, Serang, Banten, Minggu (30/10).
Iwan Fals kepada massa OI (Orang Indonesia, sebutan penggemar Iwan Fals), menyampaikan kerisauannya tentang menurunnya nasionalisme Indonesia belakangan ini.
Gatot mengatakan, TNI berdiri di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, serta mempersatukan ras, suku, dan agama.
TNI juga memegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Oleh karena itu, TNI selalu setia pada UUD 1945 dan Pancasila sebagai ideologi negara.
Presiden selaku panglima tertinggi, lanjut Gatot, juga memerintahkan TNI menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan.
"Untuk itu, sebagai alat negara, TNI tidak akan menoleransi gerakan yang mengadu domba bangsa dengan provokasi dan politisasi SARA," kata Gatot.
Gatot mengatakan, pesan tersebut ia sampaikan terutama kepada para prajurit TNI. Ia mengingatkan, agar dalam tugas menjaga keselamatan bangsa, prajurit TNI tidak ragu bertindak.
Setiap kekuatan yang ingin mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa akan dihadapi oleh TNI tanpa ragu-ragu.
"Perintah Presiden, TNI jaga terus kebinekaan kita karena hanya dengan itu, Indonesia bisa jadi bangsa majemuk yang kuat dan solid," katanya.
Melindungi Jakarta
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengimbau masyarakat agar dewasa dalam menyampaikan pendapat dan berunjuk rasa.
"Kami berkoordinasi dengan teman-teman yang akan melakukan aksi agar jangan mudah terprovokasi. Tolong jangan sampai anarkistis. Waktu dan tempat untuk menyampaikan pendapat sudah disediakan. Kami berkomitmen melindungi dan mengamankan selama dilakukan dengan damai," katanya.
Imbauan itu merupakan respons Kapolri terhadap sejumlah provokasi yang tersebar secara viral untuk melakukan kekerasan pada aksi unjuk rasa.
Tito mengatakan, polisi akan mengambil langkah hukum terhadap pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan dan merusak.
"Yang utama, kami didukung TNI untuk membuat rencana pengamanan agar masyarakat lebih terlindungi, lalu kami juga kerahkan anggota Brimob dari sejumlah wilayah. Intinya, kami berkomunikasi dengan baik untuk melindungi Jakarta," ujar Tito. (EDN/SAN)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.