JAKARTA, KOMPAS.com — Aroma persaingan antara Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) tak lagi kental setelah dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla berjalan.
Satu per satu partai dari KMP merapat ke pemerintah, menyisakan Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang masih pada barisan partai oposisi.
"Kemesraan" Gerindra dan PKS berlanjut ke Pilkada DKI Jakarta. Meski berskala daerah, tetapi sorotan terhadap Pilkada DKI 2017 sudah seperti pemilu presiden.
Masyarakat Indonesia pun turut menyaksikan drama politik di Ibu Kota dengan intens.
Sempat nyaris bergabung dengan koalisi gemuk untuk mengusung calon, Gerindra dan PKS pada detik-detik terakhir memutuskan untuk membentuk koalisi sendiri dan mengusung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk Pilkada DKI.
Bahkan, jauh hari sebelum pendaftaran pasangan calon ditutup, PKS sudah percaya diri menyodorkan kadernya, Mardani Ali Sera, untuk disandingkan dengan Sandiaga Uno, bakal calon dari Gerindra.
Pilkada DKI penentu kelanggengan
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, koalisi langgeng seperti Gerindra-PKS adalah bukan hal baru dalam politik.
Ada dua hal yang menyebabkan soliditas keduanya awet untuk beberapa waktu.
Pertama, karena memang tak ada partai lain yang sejalan. Kedua, solid karena memiliki cita-cita yang sama, dalam hal ini soal kekuasaan.
"Mungkin mereka melihatnya dengan menjadi oposisi bersama mereka berpeluang untuk comeback nanti pada Pemilu 2019," kata Hendri saat dihubungi, Jumat (22/10/2016).
Ia melihat, kemungkinan koalisi keduanya terpecah bisa terjadi. Di kala Gerindra dengan tegap konsisten sebagai oposisi, PKS kerap setengah-setengah.
Dalam beberapa hal mereka justru terlihat berdiri di barisan pendukung pemerintah, dalam hal lain tegas mengatakan posisinya sebagai pengkritik pemerintah.
Pilkada DKI, lanjut Hendri, menjadi ujian yang sebenarmya bagi kemesraan kedua partai tersebut.
"Kalau nanti menang, kemungkinan besar akan bersama. Ujiannya sebenarnya ada di pilgub ini. Kalau kalah, kemungkinan pecah lebih besar," tuturnya.
Solid sejak lama
Soliditas dua partai tersebut sudah digaungkan oleh salah satu kader PKS sejak lama. Ketua Dewan Syariah Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi, misalnya, sejak jauh hari meyakini Mardani akan menjadi calon wakil gubernur pendamping Sandiaga Uno.
Hal tersebut dia ungkapkan sebelum Gerindra dan PKS resmi mengusung Anies-Sandiaga.
"Kalau yang kami tangkap, Gerindra dan PKS sudah solid," kata Suhaimi.
Dia mengatakan, komunikasi politik yang dilakukan PKS dan Gerindra terus berlangsung, mulai dari tingkat DPD hingga DPP.
"Gerindra sama PKS itu sudah kuat, sudah menyatu, sudah sekutu," kata Suhaimi.
(Baca: "Gerindra dan PKS Sudah Menyatu, Sudah Sekutu")
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Puyuono mengatakan, soliditas Gerindra dan PKS sudah terjalin lama.
Menurut dia, dua partai tersebut juga sudah banyak berkoalisi pada Pilkada Serentak 2015 dan menang dengan pasangan calon yang diusung. Koalisi tersebut berlanjut ke Pilkada 2017.
"Di Pilkada 2017 ini hampir 80 persen Gerindra berkoalisi dengan PKS," tutur Arief.
Adapun Ketua Dewan Syariah PKS Surahman Hidayat mengatakan, ada chemistry dan kecocokan dari kedua partai tersebut.
Kecocokan tersebut diterjemahkan lewat perjuangan bersama dalam beberapa hal.
Meskipun Gerindra dan PKS memiliki "warna" dasar yang berbeda, kata dia, keadaan tersebut justru menyatukan mereka.
"Dari sisi nilai kan saling mengisi. Kalau warna dasar PKS putih, Gerindra merah, kan jadi compatible. Jadi tidak dibenturkan. Justru saling menguatkan," kata Surahman.
Senada dengan Surahman, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan hal serupa. Gerindra dan PKS memiliki kesamaan dalam melihat sejumlah situasi.
Salah satunya pada Pilkada DKI. Bagi Gerindra, calon kepala daerah petahana yang akan maju kembali pada Pilkada DKI dianggap sebagai situasi yang tak diinginkan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, calon alternatif disiapkan. PKS pun ternyata memiliki pandangan yang sama atas hal itu.
"Kami mencari tokoh yang bisa memperbaiki Jakarta dan diterima masyarakat Jakarta. Mungkin partai-partai yang tadinya di KMP punya kepentingan lain, ya silakan. Bebas saja," ujar Fadli.
(Baca: Gerindra-PKS Usung Anies-Sandiaga untuk Pilkada DKI Jakarta 2017)