JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut distribusi Kartu Indonesia Pintar di era Mendikbud sebelumnya, Anies Baswedan, tidak tepat sasaran.
Sebab, distribusi KIP hanya menggunakan data Badan Pusat Statistik tahun 2011, yang kemudian diperbarui dengan data tahun 2012.
"Mau diberi bantuan ternyata sudah nikah dan memang ada yang tidak niat masuk sekolah," kata Muhadjir usai rapat terbatas dengan Presiden terkait anggaran pendidikan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/10/2016).
"Misalnya tamat SD dia di arena perkebunan teh dan dia merasa nyaman jadi pekerja. Dia berpikir untuk apa dia sekolah karena udah dapat penghasilan. Banyak kasus seperti itu," tambah Muhadjir.
Akibat penyaluran yang tak tepat sasaran ini, lanjut dia, penyaluran KIP baru mencapai 60 persen.
(baca: Jokowi: Dari 1,8 Juta Ruang Kelas, Hanya 466.000 Ruangan dalam Kondisi Baik)
Muhadjir mengatakan, pemerintah sudah merombak besar-besaran sistem penyaluran KIP.
Sebelumnya, KIP didistribusikan ke keluarga tidak mampu yang mempunyai anak usia sekolah dengan menggunakan data BPS.
Kini, pihak sekolah yang akan mendata siswa tidak mampu dan layak menerima bantuan. Dengan begitu, tak ada lagi cerita anak tidak sekolah yang mendapatkan KIP.
"Ini penting, jangan sampai mereka drop out justru harus kita protek dengan KIP, yang sudah masuk ini jangan sampai keluar," kata dia.
Muhadjir yang dilantik pada 27 Juli 2016 lalu ini memastikan, pemerintah sudah mengantongi data siswa miskin dari tiap sekolah. Ia menargetkan pada akhir 2016, KIP sudah terdistribusi 100 persen.
"Anggarannya ada, cukup. Hampir Rp 10 Triliun," ucap dia.
Sebelumnya, saat membuka rapat terbatas, Jokowi meminta agar anggaran pendidikan difokuskan pada upaya membantu masyarakat miskin mendapat pendidikan yang layak.
Ia meminta Muhadjir untuk segera menuntaskan distribusi kartu Indonesia pintar.
"Pastikan bahwa kartu itu betul-betul menjangkau siswa-siswa miskin dan tepat sasaran," tambah Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.