Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padepokan Dimas Kanjeng dan "Tangan Ajaib" Taat Pribadi

Kompas.com - 30/09/2016, 09:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di zaman serba modern sekarang ini, ternyata masih banyak yang percaya dengan kemampuan spiritual untuk melipatgandakan uang.

Di Probolinggo, ada padepokan bernama Dimas Kanjeng milik Taat Pribadi yang tak pernah sepi dari keramaian. Padepokan ini menarik perhatian dalam sepekan terakhir.

Mereka yang datang ke padepokan tak hanya ingin berguru ilmu agama.

Sebagian dari mereka kepincut janji Taat Pribadi yang dipercaya bisa mengeluarkan uang dari tangannya secara tiba-tiba.

Tak hanya itu, dia dipercaya bisa menghadirkan peti berisi uang dan ruangan yang penuh uang kertas.

Korbannya tak hanya warga sekitar padepokan, tapi juga dari berbagai daerah, termasuk luar Pulau Jawa.

Pengikutnya juga beragam latar belakang. Ada yang cendekiawan, pengusaha, bahkan pensiunan Polri dan TNI.

(Baca: Marwah Daud: Dimas Kanjeng Punya Ilmu Pindahkan Uang atau Tiba-tiba Ada Peti Isi Uang)

Salah satu pengikut setianya adalah Marwah Daud Ibrahim yang kini dipercaya sebagai pucuk pimpinan Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas.

Marwah merupakan doktor komunikasi internasional lulusan American University Washington DC dan pernah menduduki kursi anggota DPR RI selama tiga periode.

Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Agus Andrianto mengaku heran mengapa banyak kaum terpelajar yang justru percaya dengan kemampuan magis seperti itu.

"Saya juga kurang tahu kenapa, karena yang direkrut bukan orang-orang bodoh tapi juga orang-orang terpelajar juga yang bisa dipengaruhi," ujar Agus, Rabu (28/9/2016). 

Figur Taat Pribadi

Taat Pribadi merupakan orang terpandang di daerahnya. Ilmunya terkenal hingga seluruh penjuru negeri.

Bahkan, dia dianugerahi gelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara oleh Asosiasi Kerajaan/Kesultanan indonesia.

(Baca: MUI Investigasi Padepokan dan Ajaran Dimas Kanjeng Taat Pribadi)

Taat pun "menjual" padepokannya dengan memajang foto-foto bersama Presiden Joko Widodo dan sejumlah pejabat negara lainnya.

Sosiolog dari Universitas Gajah Mada Sunyoto Usman mengatakan, warga meyakini kuatnya sosok Taat Pribadi itu.

Citra yang ditampilkan selama ini membuat para korbannya percaya bahwa uangnya bisa digandakan pimpinan padepokan itu.

"Dimas Kanjeng kan padepokan yang cukup punya pengaruh, sehingga menjadi legitimasi mereka untuk bergabung," kata Sunyoto.

Umumnya, kata Sanyoto, yang menggandakan uangnya kepada Taat Pribadi adalah mereka yang tak memiliki kemampuan berinvestasi.

Mereka ingin menghasilkan uang secara instan tanpa mau bersusah payah bekerja maupun memanfaatkan peluang bisnis. 

Akhirnya, mereka memilih jalan pintas dengan menggandakan uang tersebut.

"Ketika yang menjanjikan penggandaan uang adalah figur, punya pengaruh, legitimasi, mereka seperti tergiur untuk menyerahkan itu," kata Sunyoto.

KOMPAS.com/AHMAD FAISOL Dimas Kanjeng saat berdemonstrasi mendatangkan uang kepada wartawan dengan tangan kosong. Ia juga bisa mendatangkan barang-berharga, mulai emas hingga jam tangan Rolex.
Tipu korban hingga miliaran rupiah

Sejak 2015 hingga 2016, setidaknya ada tiga laporan terkait Taat Pribadi ke Polda Jawa Timur atas dugaan penipuan.

Pertama, dengan kerugian Rp 800 juta, kemudian Rp 900 juta, dan terakhir Rp 1,5 miliar.

Ada pula laporan yang masuk ke Bareskrim Polri.

Korban mengaku tertipu hingga Rp 25 miliar.

Setelah adanya laporan itu, Bareskrim Polri melakukan penyelidikan dan penyidikan dengan memanggil sejumlah saksi, yakni pihak pelapor dan beberapa warga Probolinggo.

Ternyata, modus operasinya seperti jaringan Multilevel Marketing. Korban yang direkrutnya menyetorkan uang kepada Taat Pribadi.

(Baca: Dimas Kanjeng Pernah Diajak ke Istana Temui Presiden)

Jika ingin uangnya berlipat ganda, korban tersebut harus mengajak beberapa orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Agar korbannya percaya, setelah uang disetor, Taat Pribadi memberikan satu kotak berisi baju, dan cincin yang disebut bisa berubah menjadi emas.

Selanjutnya, akan muncul uang jika korban ikhlas dan meyakini bahwa uang itu bisa berlipat ganda.

"Ini kan susah membuktikannya. Tapi mereka setelah sadar menjadi korban penipuan, mereka lapor," lanjut Agus Andrianto.

Polisi menemukan bungker yang diduga kuat berisi uang kertas hasil penipuan di padepokan Dimas Kanjeng.

Untuk menyelidiki keaslian uang tersebut, polisi akan menggandeng ahli dari Bank Indonesia.

Diduga dalang pembunuhan dua mantan santri

Tak hanya dianggap melakukan penipuan, kasus utama yang menjerat Taat Pribadi yakni dugaan pembunuhan dua mantan anak didiknya di padepokan.

Taat Pribadi dianggap sebagai otak pembunuhan keduanya untuk membungkam praktik penipuan yang dilakukannya.

Salah satu mantan santrinya itu bernama Abdul Ghani. Dia pernah menjadi pengikut setia Taat Pribadi, termasuk berperan dalam proses penggandaan uang itu.

Seorang korban yang melapor ke Bareskrim Polri itu mengaku menyetorkan uang tersebut kepada Ghani.

Kemudian, Ghani akan menyerahkan uang tersebut kepada Taat Pribadi secara bertahap.

Namun, berselang dua bulan sejak laporan masuk ke polisi, Ghani tewas dibunuh.

Polisi pun kehilangan saksi kuncinya untuk mengusut dugaan penipuan ini.

Taat Pribadi bahkan memberi bonus khusus kepada pelaku pembunuh Ghani sebesar Rp 320 juta.

Uang itu dibagi-bagi sesuai peran para pelaku. Ada yang bertugas membunuh, membawa jasad, dan merencanakan aksi pembunuhan.

Pada hari pembunuhan yaitu 13 April 2016, sedianya Ghani menjadi saksi di Mabes Polri atas laporan penipuan oleh pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng.

"Saksi kunci kami ini dipanggil beberapa kali enggak pernah datang. Kami tanya orang di Probolinggo ternyata saksi itu meninggal dunia," kata Agus.

Ada sembilan pelaku yang ditetapkan tersangka dalam kasus pembunuhan tersebut.

Selain Dimas Kanjeng sebagai otak pembunuhan, juga ada delapan orang lain dan empat di antaranya masih buron.

Kompas TV Kesaksian Istri Korban Pembunuhan Dimas Kanjeng
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com