JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, mengakui adanya komunikasi antara ia dengan Ketua DPD RI, Irman Gusman.
Dalam komunikasi melalui telepon tersebut, keduanya membicarakan soal jatah impor gula di Sumatera Barat.
"Beliau (Irman) telepon, cuma sekali itu," ujar Djarot, seusai diperiksa di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Menurut Djarot, dalam pembicaraan tersebut, Irman hanya mengeluhkan mengenai harga gula di Sumatera Barat yang mahal.
Ia pun mengaku telah menindaklanjuti keluhan Irman soal harga gula yang mahal tersebut.
"Ya saya akan segera tindaklanjuti. Nanti kalau saya punya barang, saya akan kirim," kata Djarot.
Menurut Djarot, demi menindaklanjuti hasil pembicaraan dengan Irman, Bulog telah menambah jatah gula di Sumbar sebanyak 1.000 ton.
Meski demikian, menurut Djarot, apa yang disampaikan Irman tidak termasuk sebagai rekomendasi.
(Baca juga: Dirut Bulog: Seingat Saya, Tak Ada Rekomendasi dari Irman Gusman)
Seusai operasi tangkap tangan beberapa waktu lalu, KPK menetapkan empat orang tersangka, yakni Irman Gusman, Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto, Memi (istri Sutanto), dan Farizal, seorang jaksa yang diduga menerima suap dari Sutanto.
Dalam jumpa pers di Gedung KPK, Sabtu (17/9/2016), Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, uang sebesar Rp 100 juta yang diberikan Sutanto kepada Irman, terkait pemberian rekomendasi kepada Bulog.
Tujuannya, agar Bulog memberikan tambahan jatah distribusi gula untuk Sumatera Barat. (Baca: KPK: Irman Gusman Diduga Terima Suap Pengurusan Kuota Gula Impor)