Menyaksikan sempalan motor orde baru ini menyatu terasa ajaib. Keajaiban itu bertambah saat mereka berkoalisi dengan PDI-P yang menjadi "lawan" saat orde baru tumbang.
Tetapi, itulah politik. Liat, lentur, dan punya logika sendiri untuk tidak mengatakan tidak berideologi.
Dalam logika ini, koalisi pertama di untuk Pilkada DKI Jakarta 2017 ini bisa dipahami sebagai representasi koalisi di pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi). Partai Golkar paling lantang untuk urusan dukungan ke Jokowi ini.
Kegairahan dan rasa pilpres yang dipertontonkan dalam koalisi pimpinan PDI-P memancing koalisi politik kedua untuk Pilkada DKI Jakarta.
Koalisi kedua dipimpin Partai Demokrat dengan dukungan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Selain karena pasangan Agus-Sylviana, yang menyatukan empat partai ini di Cikeas adalah masa lalu yang indah. Selama sepuluh tahun di dua periode Presiden SBY (2004-2014), keempatnya merupakan sekutu dan pembantu setia pemerintah.
Dimotori SBY, keempatnya punya pengalaman dan ingatan manis bisa mengalahkan Megawati baik di dua putaran Pilpres 2004 dan satu putaran Pilpres 2009 yang mencengangkan.
Pengalaman dan ingatan manis ini bisa jadi modal dasar untuk koalisi melawan petahana di DKI Jakarta yang merupakan representasi Megawati.
Diajukannya “putra mahkota” SBY yang karakternya mirip dengan ayahnya menambah manis ingatan akan kemenangan dan kejayaan di masa lalu itu. Orang kerap menyebutnya “deja vu”.
Hadirnya mayor infanteri yang mundur dari TNI untuk menjaga wibawa SBY ini cukup mengejutkan. Bukan karena sosoknya yang memang terlihat disiapkan, tetapi karena terlalu cepatnya Agus turun ke dunia politik yang dirintis ayahnya.
Pararel dengan yang terjadi di Cikeas, kegairahan rasa pilpres juga terasa di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta, Jumat (23/9/2017) malam.
Koalisi Partai Gerindra dengan Partai Keadilan Sejahtera merupakan representasi partai oposisi pemerintah, meskipun dua bulan lalu, calon gubernurnya adalah pembantu pemerintah.
Situasi Festival
Meskipun kegairahan di tahap awal Pilkada DKI Jakarta 2017 terasa, dihubungkannya pilkada dengan pilpres memunculkan kekhawatiran.