Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
H Hadi M. Musa Said
Kolumnis

Ketua Bidang Pertanian, Kedaulatan Pangan, & ESDM, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor. Ketua Koordinator Nasional Jaringan Alumni Muda JAM-PMII

Kurban dan Krisis Kepemimpinan

Kompas.com - 13/09/2016, 18:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Idul Adha kembali hadir. Hari Raya yang mengandung hikmah pengorbanan itu tak jemu menghampiri kita. Di sisi lain, kita seolah bebal dan tak mampu menangkap spirit berkorban.

Padahal, sejatinya, Idul Adha adalah momentum yang tepat mengikis krisis kepemimpinan dengan menumbuhkan semangat berkurban dan tanggung jawab sosial.

Kurban dalam istilah fikih adalah udhiyyah yang artinya hewan yang disembelih waktu dhuha, waktu saat matahari naik. Secara terminologi fikih, udhiyyah adalah hewan sembelihan yang terdiri dari unta, sapi, atau kambing pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Artinya, kurban merupakan wujud kesediaan seorang hamba untuk mengorbankan yang dicintainya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Islam mengakui konsep persembahan kepada Allah berupa penyembelihan hewan, tetapi diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bersih dari unsur penyekutuan terhadap Allah.

Ada dua nilai penting dalam ibadah kurban yang menjadi ciri utama, yaitu nilai historis berupa mengabadikan kejadian penggantian kurban Nabi Ibrahim dengan seekor domba dan nilai kemanusiaan berupa pemberian sedekah atau makan dan membantu fakir miskin pada saat hari raya Idul Kurban.

Ibadah kurban merupakan sarana pembuktian keimanan kita kepada Allah yang meliputi keikhlasan. Ibadah kurban yang dilakukan harus murni dilakukan hanya semata-mata karena Allah dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya.

Jadi, dalam pelaksanaan ibadah kurban, sangat dituntut adanya keikhlasan yang tumbuh dari dalam hati.

Dari penyembelihan hewan kurban, kita sebagai manusia belajar mengenai pengorbanan, yang dalam konteks ini direfleksikan dalam bentuk materi, yaitu hewan kurban.

Ritual ibadah kurban telah melatih kita untuk selalu siap berkorban karena ketaatan kepada perintah yang diterima.

Kata pengorbanan yang dimunculkan mempunyai arti yang sangat penting. Pengorbanan merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi ciri tersendiri.

Kerelaan dan kesediaan untuk berkurban adalah terapi ampuh untuk menata benang kusut persoalan hidup, yang kian hari kian menumpulkan akal sehat kita.

Para pemimpin yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan ego akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang baik dan positif, bukan yang menzalimi dan mengorbankan rakyatnya, apalagi menyalahgunakan jabatannya dengan melakukan korupsi.

Pada tataran dasar kehidupan, setiap individu adalah pemimpin, termasuk bagi dirinya sendiri.

Ada konsekuensi yang melekat dengan sendirinya, yakni setiap perbuatan dan tindakan memiliki risiko yang harus dipertanggungjawabkan.

Namun, konteks tanggung jawab di sini bukanlah semata-mata bermakna hanya melaksanakan tugas, lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin.

Makna hakikinya adalah lebih kepada upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua lapisan rakyat.

Pemimpin memang mendapatkan otoritas kewenangan, tetapi pada saat yang sama menjadi pelayan bagi orang yang dipimpinnya. Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.

Oleh sebab itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi melayani (service centric) terhadap orang-orang yang dipimpinnya.

Jika kita melihat potret kepemimpinan di Tanah Air saat ini, hanya segelintir pemimpin yang mau melayani dan berkorban bagi rakyat yang dipimpinnya.

Tidak bisa dimungkiri, sebagian besar pemimpin mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sampai dengan nasional lebih cenderung berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat. Padahal, sebenarnya untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, atau golongannya.

Padahal, hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR Thabrani menjelaskan bahwa khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya.

Tidaklah mengherankan, jika kebijakan-kebijakan yang digulirkan pun, sama sekali jauh dari upaya memanusiakan rakyat yang dipimpinnya. Sebab, rakyat sudah diposisikan diametral oleh pemimpin sebagai pihak yang dikhianati.

Akibatnya, berbagai persoalan multidimensi yang melanda rakyat kita, seolah tiada henti meluluhlantakkan kehidupan mereka.

Memaknai semangat berkurban

Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk tampil selangkah di depan, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan maupun bangsa dan negara. Kepemimpinan adalah tanggung jawab yang dimulai dari dalam diri kita.

Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk bertanggung jawab kepada yang dipimpin.

Di sinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh masyarakat atau komunitas yang dipimpinnya.

Belajar dari makna hari raya Idul Adha, seyogianyalah para pemimpin di negeri ini, khususnya yang beragama Islam, mau dan mampu bermetamorfosis dari pemimpin yang mengorbankan rakyat menjadi pemimpin yang selalu mau berkorban demi kepentingan rakyat.

Selama ini, kita memaknai kurban dalam Idul Adha hanya sebatas ritual penyembelihan hewan kurban. Sebagai pemimpin, kita dapat meneladani lebih dalam makna kontekstual kurban, yakni kedekatan dan mendekatkan.

Kurban bisa bermakna sebagai upaya untuk menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghalangi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tabir yang bisa menghalangi diri kita untuk mendekatkan diri kepada siapa pun adalah berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta benda, cinta kemaksiatan, dan lain-lainnya secara berlebihan.

Jikalau seorang pemimpin tidak ada semangat berkorban dan mencintai, lebih-lebih kepada rakyatnya sendiri, perlahan tetapi pasti bangsa ini akan hancur lebur. Harus diingat, kehancuran suatu bangsa itu dimulai ketika para elite-nya berbuat fasik, zalim, maksiat, dan tidak mengindahkan hukum.

Jiwa dari memimpin adalah mencintai orang lain dan mencintai berarti konsekuensinya adalah harus siap berkorban. Jadi, adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin untuk memiliki kesediaan berkorban yang didorong rasa cinta terhadap sesamanya yang didasari cinta kepada Tuhan.

Marilah kita semua sebagai pemimpin memulai dari diri kita sendiri untuk menumbuhkembangkan semangat berkorban untuk sesama. Semangat ini akan melahirkan manusia-manusia dan pemimpin generasi seperti Nabi Ibrahim AS yang dengan tulus ikhlas mengorbankan anak tercintanya, Nabi Ismail AS. Bahwa kerelaan itu menyiratkan kesediaan dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya.

Kita juga dapat berkaca pada para pemimpin di masa perjuangan dan revolusi dulu, yang keluar masuk penjara untuk menegakkan keadilan dan melawan penindasan. Semua pengorbanan itu dilakoni karena mereka sadar bahwa pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya.

Rela berkorban dan bukannya mengorbankan para insan jelata tersebut. Mendekatkan diri kepada rakyat adalah kunci untuk dapat menjadi pemimpin yang ikhlas berkorban, kapan pun, di mana pun buat siapa pun dan dengan cara apa pun. Wallahu a’lam bi shawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho, Jelang Disidang Dewas KPK Karena Masalah Etik

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com