JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direkrut PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas mengakui adanya pembuatan kanal yang dilakukan RAPP di daerah di Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
Ia mengatakan, kanal itu digunakan sebagai embung air.
"Jadi memang ada pembukaan (kanal), untuk sekat bakar, embung air," kata Tony, pada konferensi pers di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
Namun, pembangunan kanal itu bukan bertujuan untuk mengeringkan lahan gambut seperti yang dikeluhkan warga.
"(Kanal) sebagai bagian dari pencegahan kebakaran hutan," ujar Tony.
(Baca: BRG Sepakat Hentikan Sementara Aktivitas di Lahan Berkonflik)
Sidak BRG
Sebelumnya, Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama masyarakat setempat untuk menemukan aktivitas pembukaan gambut.
Sidak dilakukan untuk merespons pengaduan warga desa Bagan Melibur terkait pembangunan sejumlah kanal dan pembukaan gambut oleh perusahaan tersebut.
Laporan diterima BRG pada 10 Juni 2016.
Menindaklanjuti laporan itu, pada tanggal 15-18 Juni, BRG menurunkan tim untuk melakukan penilaian teknis dan sosial.
Selanjutnya, pada 2 Agustus 2016, RAPP dipanggil untuk menyerahkan data terkait dengan lahan gambut di areal konsesinya.
RAPP kemudian menyerahkan sejumlah data, antara lain perihal kedalaman gambut.
Namun, BRG menilai, ada indikasi keberadaan gambut dalam (di atas 5 meter) pada areal konsesi tersebut. '
Hasil sidak menemukan RAPP melakukan pembukaan kanal.
Hal itu bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.
Peraturan tersebut melarang pembuatan kanal yang mengakibatkan gambut menjadi kering.
Areal bergambut dengan kedalaman tiga meter atau lebih wajib dilindungi.
Kepala BRG Nazir Foead mengatakan, pembukaan lahan gambut yang berfungsi lindung juga dilarang.
Sejumlah petani dan warga Bagan Melibur yang juga mengikuti kunjungan Kepala BRG, menjelaskan, kanal-kanal yang dibangun oleh RAPP telah menembus hutan alam yang ada di wilayah desa mereka.
M. Kamil, salah seorang warga yang kebun sagunya terbakar, mengungkapkan, lahan gambut di Pulau Padang sejak enam tahun terakhir selalu mengalami kebakaran.
Kamil menduga, hal ini terkait dengan kanal-kanal yang dibangun oleh RAPP di sekitar desa mereka sehingga mengeringkan gambut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.