Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2016, 15:52 WIB
EditorKrisiandi

JAKARTA, KOMPAS - Suami korupsi, siapakah yang sebenarnya menikmati? Mengenai hal ini, Jaksa Agung HM Prasetyo punya cerita. ”Uang atau barang hasil perbuatan korupsi yang dilakukan pria ternyata lebih banyak diperuntukkan bagi wanita idaman lain alias WIL, bukan diberikan kepada istrinya,” kata Prasetyo.

Spontan, gelak tawa pun pecah di antara para peserta seminar ”Pemberdayaan Perempuan dalam Meningkatkan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi” yang mayoritas perempuan, Rabu (24/8), di Jakarta. Mereka saling tengok, mengangguk-anggukkan kepala, dan tersenyum. Begitu pula dengan Ketua Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan (GPSP) Linda Gumelar, Ketua Institute for Legal and Constitutional Government Basrief Arief, dan politisi Benny K Harman yang duduk di dekat panggung acara.

Itulah hasil survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada kenyataannya, sambung Prasetyo, anggota keluarga inti, yakni istri, anak, dan keluarga dekat justru hanya akan menjadi pihak paling menderita dan harus menanggung malu atas aib yang dilakukan suami atau ayah mereka yang tertangkap tangan atau terbukti korupsi.

Praktik korupsi cenderung semakin menggurita dan menjalar di hampir semua aspek kehidupan. Bukan hanya terjadi di tingkat pusat, melainkan juga merata ke seluruh daerah, bahkan sampai ke pelosok desa.

Di sisi lain, upaya pemberantasan korupsi dihadapkan pada banyak tantangan. Perilaku korup yang membudaya, modus yang kian canggih, dilakukan secara rapi, terencana, tidak jarang terjadi masif dan sistemik.

Prasetyo mengutip data KPK tentang pelaku korupsi pada 2012-2013. Mayoritas pelaku korupsi adalah laki-laki (93,4 persen). Ini tidak menghilangkan fakta bahwa ada juga perempuan yang korup, apalagi belakangan ini terdapat sejumlah terdakwa perempuan yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Sebut saja bekas politisi PDI Perjuangan, Damayanti Wisnu Putranti; mantan politisi Partai Hanura, Dewie Yasin Limpo; Julia Prasetyarini dan Dessy Ariyati Edwin yang merupakan staf Damayanti; serta lainnya.

Hedonis

Memang, hanya sedikit perempuan yang terbukti menjadi pelaku korupsi. Namun, pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Harkristuti Harkrisnowo, punya pandangan lain. Kenikmatan yang bisa diperoleh dari korupsi tak jarang memikat perempuan untuk mendukung perilaku koruptif.

Pembawa acara televisi Fifi Aleyda Yahya memberi contoh yang nyata. Perilaku korup suami tak jarang didorong gaya hidup hedonis istri. Fifi mencontohkan sebuah percakapan antara suami dan istri, ”Pak, itu istrinya si Anu, tetangga kita. Cincinnyambeling-mbeling mengilap, bersinar kinclong. Aku sih penginnya yang batu cincinya segede es batu.”

Maka, tak heran jika pelaku korupsi kemudian didominasi lelaki. Dorongan dari istri menjadi salah satu faktor penyebab.

Soal perempuan dan korupsi sebenarnya telah didalami Anne-Marie Goetzs, peneliti Institute of Development Studies University of Sussex, dalam buku berjudul Political Cleaners: How Women are The New Anti-Corruption Force (2003). Ia mencoba menjawab pertanyaan kecenderungan perempuan untuk korupsi lebih kecil daripada laki-laki atau women tend to be less corrupt than men.

Menurut Anne, selama ini perempuan memang cenderung kurang memiliki akses (excluded) atas jabatan-jabatan publik. Jabatan publik didominasi kaum lelaki yang memiliki jaringan yang lebih kuat. Dengan demikian, tidak mengherankan jika jumlah perempuan yang menjadi pelaku korupsi relatif sedikit.

Peneliti Maria Fernanda Rivas dari University of Granada dalam penelitiannya yang berjudul ”An Experiment on Corruption and Gender” (2008) mengungkapkan, perempuan kurang korup dibandingkan dengan laki-laki. Ini disebabkan antara lain perempuan lebih berorientasi pada hubungan (relationship-oriented), lebih beretika, lebih peduli pada kebaikan bersama dibandingkan dengan laki-laki, dan lebih mudah mengorbankan keuntungan pribadi untuk kesejahteraan bersama.

Lantas, bagaimana melihat fenomena perempuan pelaku korupsi?

Muladi, mantan Menteri Kehakiman, dalam analisisnya menyebutkan, perempuan menjadi pelaku korupsi karena berada di dalam pusaran lingkungan yang tidak demokratis dan tidak mengindahkan rule of law. Lingkungan yang korup membuat korupsi semakin bersifat endemik.

Terlepas dari masih sedikitnya jumlah perempuan yang terlibat korupsi, saat ini tantangan terbesar adalah menjadikan perempuan ikut aktif mencegah tindak pidana korupsi.

Menurut Prasetyo, peran perempuan dalam hidup seorang lelaki sedemikian menentukan. Ia menyebutkan, jika ada suami atau anak-anak yang berhasil tumbuh menjadi besar, hebat, dan kuat, dipastikan di belakang lelaki itu ada sosok perempuan, baik istri maupun ibu yang juga hebat dan bermartabat.

Setujukah Anda?

Kompas TV KPK Periksa Kadis ESDM Sultra terkait Korupsi Nur Alam

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Geopolitik ASEAN Menjadi Kawasan Damai dan Sejahtera

Geopolitik ASEAN Menjadi Kawasan Damai dan Sejahtera

Nasional
Elektabilitas Anies Terus Turun hingga Buat Demokrat Gelisah, Benarkah?

Elektabilitas Anies Terus Turun hingga Buat Demokrat Gelisah, Benarkah?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jabat Tangan Jokowi dan Ganjar | Beda Suara di Koalisi Anies soal Deklarasi Cawapres

[POPULER NASIONAL] Jabat Tangan Jokowi dan Ganjar | Beda Suara di Koalisi Anies soal Deklarasi Cawapres

Nasional
Tanggal 9 Juni Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Juni Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal PAN 'Ngotot' Usung Erick Thohir Jadi Cawapres, Pengamat: Ada Hubungan Spesial

Soal PAN "Ngotot" Usung Erick Thohir Jadi Cawapres, Pengamat: Ada Hubungan Spesial

Nasional
Bappenas Sebut Presiden Tak Bisa Serta Merta Disalahkan bila Target Pembangunan Nasional Tak Tercapai

Bappenas Sebut Presiden Tak Bisa Serta Merta Disalahkan bila Target Pembangunan Nasional Tak Tercapai

Nasional
PDI-P Tepis Jokowi Dukung Prabowo untuk Pilpres 2024

PDI-P Tepis Jokowi Dukung Prabowo untuk Pilpres 2024

Nasional
Kompolnas Minta Komandan yang Diduga Minta Setoran ke Bripka Andry Diperiksa

Kompolnas Minta Komandan yang Diduga Minta Setoran ke Bripka Andry Diperiksa

Nasional
KPK Duga Sekretaris MA Hasbi Hasan Ikut Nikmati Aliran Suap Hakim Agung Rp 11,2 M

KPK Duga Sekretaris MA Hasbi Hasan Ikut Nikmati Aliran Suap Hakim Agung Rp 11,2 M

Nasional
Eks Komisaris Wika Beton Diduga Terima 7 Kali Transferan Senilai Rp 11,2 M Terkait Suap Hakim Agung

Eks Komisaris Wika Beton Diduga Terima 7 Kali Transferan Senilai Rp 11,2 M Terkait Suap Hakim Agung

Nasional
Pemkot Jambi Laporkan Siswi SMP ke Polisi, Menko PMK: Kritik Itu Penting

Pemkot Jambi Laporkan Siswi SMP ke Polisi, Menko PMK: Kritik Itu Penting

Nasional
IPW Desak Kapolri Berantas Praktek Bawahan Setor Uang ke Atasan

IPW Desak Kapolri Berantas Praktek Bawahan Setor Uang ke Atasan

Nasional
Mahfud Nyatakan Satgas TPPU Masih Bekerja, Kasus Rafael Alun Dibuka Terus

Mahfud Nyatakan Satgas TPPU Masih Bekerja, Kasus Rafael Alun Dibuka Terus

Nasional
Update 6 Juni: Kasus Covid-19 Bertambah 362 dalam Sehari, Totalnya Jadi 6.809.130

Update 6 Juni: Kasus Covid-19 Bertambah 362 dalam Sehari, Totalnya Jadi 6.809.130

Nasional
Pemerintah Terima 36 Mobil Listrik BMW Seri 7 untuk KTT ASEAN Plus

Pemerintah Terima 36 Mobil Listrik BMW Seri 7 untuk KTT ASEAN Plus

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com