Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagasan Sekolah Parlemen, Mendesakkah?

Kompas.com - 26/08/2016, 08:11 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

Adapun Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sekaligus Anggota Komisi III, Arsul Sani, menilai pembangunan kapasitas anggota dewan memang diperlukan. Namun, nama dan formatnya perlu dikaji kembali apakah memang berbentuk Sekolah Parlemen atau bukan.

Mengenai anggaran, Arsul menaksir tak akan begitu besar. Meski turut melibatkan DPRD se-Indonesia, tetapi yang dibutuhkan hanyalah biaya penyelenggaraan di pusat.

"Di DPRD ada biaya perjalanan dinas. Yang dibutuhkan biaya penyelenggaraan yang di sini saja. Enggak terlalu besar," tutur Arsul.

Respons kritik publik

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai, gagasan tersebut dilontarkan Ade Komarudin sebagai bentuk respons dari kritikan publik terhadap kinerja dewan yang sering dianggap tak memuaskan. Urgensi sekolah parlemen pun dipertanyakan. Apalagi Ade menargetkan agar program tersebut bisa berjalan mulai tahun ini.

Menurut Lucius, sekolah parlemen adalah sebuah gagasan positif. Hanya saja, tak bisa dilakukan tergesa-gesa karena dikhawatirkan malah akan mendapatkan hasil yang minimal.

Jika terburu-buru, justru berpotensi menimbulkan persepsi di publik bahwa program ini merupakan proyek-proyekan DPR. Ia mengakui kualitas anggota dewan, terlebih DPR, tak merata bahkan nyaris tanpa kualifikasi tertentu. Terkadang, hanya karena memiliki uang atau popularitas, banyak orang yang bisa menjadi calon legislatif.

"Ini masalah laten parpol dan tak bisa DPR saat ini ingin menebus kesalahan parpol itu dengan membuat sekolah parlemen," ujar Lucius.

Jika mau tetap dilaksanakan, Lucius mengusulkan agar gagasan sekolah parlemen dilemparkan sebagai wacana terbuka untuk mendiskusikan tata kelola parlemen yang efektif dan efisien demi meningkatkan kinerja anggota dewan.

Ia pun berpendapat, sekolah parlemen semestinya ditujukan bagi mereka yang belum menjadi anggota parlemen, tetapi punya minat atau cita-cita menjadi anggota DPR. Oleh karena itu, lebih tepat sekolah ini diinisiasi oleh pantai politik dalam rangka kaderisasi dan pendidikan politik kader masing-masing.

"Sudah terpilih menjadi anggota DPR maka waktunya untuk bekerja bukan malah sibuk sekolah lagi. Karena kalau masih sibuk sekolah, terus kapan mau kerja?" kata Lucius.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com