JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan bahwa tujuan dari adanya program bela negara adalah menumbuhkan rasa kebangsaan atau nasionalisme dalam skala nasional.
Namun menurut Sultan, tujuan tersebut tidak akan terwujud jika program bela negara hanya diberlakukan kepada masyarakat, khususnya kalangan pemuda.
Menurut Sultan, rasa kebangsaan juga harus ditanamkan kepada pejabat dan aparatur negara.
"Menurut pendapat saya, bela negara tidak cukup yang menumbuhkan rasa kebangsaan dan nasionalisme itu hanya bagi anak muda, bagi pelajar, bagi mereka yang ada di kampus dan sebagainya. Tapi bagaimana aparat birokrasi pun juga harus berubah," ujar Sultan di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Menurut Sultan, penting bagi aparat birokrasi untuk mendapatkan program bela negara untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan dapat menghindari godaan asing.
Sultan menilai tidak relevan bicara bela negara ketika pada kenyataannya sejumlah aset negara justru dijual kepada pihak asing.
Menurut dia, hal itu bertentangan dengan nilai kebangsaan yang ingin ditanamkan melalui program bela negara.
"Bagaimana mereka punya rasa kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi. Jangan semua dijual pada orang asing, kan gitu. Itu kan bukan kesadaran berbangsa," kata dia.
Maka dari itu, lanjut dia, menumbuhkan rasa kebangsaan di tiap-tiap individu hingga akhirnya terbentuk berskala nasional harus diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.
"Membangun peradaban bela negara itu tidak hanya masyarakat tapi juga birokratnya. Birokratnya juga harus berubah gitu, kalau birokratnya enggak berubah, masyarakatnya bela negara, tapi daerah jual bangsanya sendiri, negaranya jual bangsa sendiri, kan juga susah," kata dia.
"Nah ini harapan saya ini yang bisa kita lakukan, sehingga kita punya kesadaran mendasar biarpun tempat lost generation itu terjadi," tutur Sultan.