Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris di Indonesia, Dulu dan Sekarang...

Kompas.com - 22/08/2016, 14:59 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Mereka juga mengandalkan sumbangan dari simpatisan. Catatan Sholahudin, pernah ada dokter yang menyumbang Rp 300 juta dan pengusaha menyumbang Rp 200 juta untuk membiayai pelatihan militer di Aceh.

Fabian Januarius Kuwado Peneliti Darul Islam/ Negara Islam Indonesia (NII) Sholahudin.

Tahun 2016, pola aliran dana kembali lagi seperti dahulu. Karena ada warga negara Indonesia yang telah menetap di Suriah dan menjadi salah satu tokoh penting di ISIS, mereka menyokong dana bagi kelompok di Indonesia.

"Contohnya bom di Thamrin dan Mapolres Solo. Bom di Thamrin itu dananya Rp 200 juta dari Suriah. Bom di Solo juga dananya dari ISIS di Suriah," ujar Sholahudin.

Kualitas Serangan

Dari sisi kualitas serangan teror, Sholahudin juga mencatat semakin ke sini semakin berkurang jauh.

Aksi teror terbesar, yakni tercatat Bom Bali I 2002. Aksi itu menggunakan satu ton bahan peledak sehingga menewaskan ratusan orang.

Namun, jika dilihat serangan teror terakhir, yakni bom di Mapolres Surakarta, kualitasnya sangat jauh berbeda dengan Bom Bali.

Kekuatan bom di Surakarta sangat kecil dan hanya menewaskan si pelaku sendiri. Bahkan, pot bunga yang berada dekat lokasi kejadian tidak mengalami kerusakan.

(Baca: Kapolri: Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolresta Solo Bukan Pemain Tunggal)

Ironisnya lagi, pelaku disebut-sebut mengincar apel Polisi yang dilakukan setiap pukul 08.00 WIB. Namun, pelaku beraksi dua puluh menit lebih awal. Hal ini yang menurut Sholahudin menunjukkan betapa lemahnya survei pelaku terhadap sasarannya.

"Kasihannya lagi, nomor rangka motor tidak dihapus dan dia satu-satunya pelaku yang bawa KTP. Untung dia enggak sekalian bawa surat nikah dan KK. Sehingga ini dengan mudah teridentifikasi," ujar Sholahudin.

Dengan kondisi saat ini, dia berharap dijadikan momentum pemerintah mengebut program deradikalisasi dan kontraterorisme untuk benar-benar membersihkan Indonesia dari gerakan ekstremis dan radikalisme.

Kompas TV Pengaruh Terorisme Melalui Media Sosial-Satu meja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com