Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waria, Warga Negara yang Rentan Pelanggaran HAM

Kompas.com - 22/08/2016, 06:00 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak bisa dipungkiri bahwa transgender atau waria merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap perlakuan diskriminatif.

Mereka yang memiliki identitas gender dan orientasi seksual yang berbeda cenderung tidak mendapat banyak pilihan dalam menjalankan kehidupannya di tengah masyarakat. Misalnya saja terkait akses pendidikan dan hak atas pekerjaan yang layak.

Berdasarkan data Sanggar Waria Remaja (SWARA), dari 150 waria di Jakarta yang bergabung di sanggar tersebut, sebagian besar hanya memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sedangkan hanya sekitar 1 persen yang beruntung merasakan bangku kuliah dan mendapatkan ijazah pendidikan sarjana strata 1 (S1). Hal tersebut menyebabkan minimnya peluang seorang waria untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Akhirnya, secara terpaksa sebagian besar dari mereka memutuskan untuk menjadi pekerja seks. Mereka yang memiliki keahlian di bidang tata rias memilih bekerja di salon kecantikan. Sisanya memutuskan menjadi pengamen jalanan.

(Baca: Sejarah Baru, 2 Waria Ini Maju Jadi Calon Senator dan Anggota DPR di AS)

Dengan pilihan menjadi pekerja seks, mereka tidak bisa menghindar dari stigma negatif masyarakat.

Salah satu pegiat Swara, Rebecca Nyuei, mengatakan bahwa sebagian besar waria mengaku terpaksa menjadi pekerja seks. Mereka yang rata-rata hanya berijazah SMA, sulit untuk bisa bersaing mendapatkan pekerjaan di Jakarta.

Kalaupun ada lapangan pekerjaan, seringkali mereka ditolak bekerja karena identitas mereka sebagai transgender dianggap sebagai suatu yang menyalahi nilai dan norma masyarakat.

"Sebagai waria, kami tidak punya banyak pilihan untuk menikmati hak selayaknya warga negara. Sistem di masyarakat mendiskriminasi kami. Masyarakat juga punya andil membuat kami seperti ini," ujar Rebecca saat ditemui dalam sebuah diskusi di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (21/8/2016).

(Baca: "Kami Waria Juga Manusia...")

Rebecca menjelaskan, umumnya diskriminasi yang dialami oleh seorang waria sudah mulai terjadi saat di bangku sekolah. Rata-rata seorang anak akan menyadari bahwa dirinya adalah seorang transgender saat mengalami akil balik atau pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Ketika mereka sedang menjalani proses menerima identitas yang berbeda, justru sebagian besar mengalami pelecehan secara verbal atau bullying. Perlakuan diskriminatif tersebut tidak hanya berasal dari teman sebaya, seringkali juga berasal dari pihak sekolah.

Mereka pun akhirnya banyak yang memutuskan berhenti sekolah karena tidak tahan dengan tekanan-tekanan dari lingkungan sekitarnya.

Setelah berhenti sekolah, kata Rebecca, mereka masih harus mengalami tekanan dari pihak keluarga yang tidak menerima identitas gender mereka yang berbeda.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com