Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikut Koalisi Kekeluargaan Tanpa Instruksi Megawati, PDI-P Tak Akan Pecat Kader

Kompas.com - 11/08/2016, 06:44 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristianto memastikan bahwa Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tidak akan memecat kadernya yang ikut mendukung Koalisi Kekeluargaan.

Keikutsertaan kader PDI-P dalam koalisi ini disebut Hasto bukan atas instruksi Megawati.

"Oh tidak (dipecat)," ujar Hasto di kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016).

Sebelumnya, Megawati pernah memecat kader PDI-P yang juga mantan wakil gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih.

Ia dipecat lantaran berinisiatif mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pemilihan presiden pada 2014 lalu.

Menurut Hasto, inisiatif Rustiningsih saat itu sudah menyinggung soal disiplin. Saat itu PDI-P sudah jelas mendukung Jokowi-JK, namun Rustriningsih, justru bersikap sebaliknya.

"Ketika keputusan diambil, kemudian ada yang tidak taat pada keputusan, sesuai dengan konstitusi partai, partai memberikan sanksi organisasi," kata dia.

Ia mengatakan, pemberian sanksi terhadap kader yang membelot itu dalam rangka menjaga kehormatan partai. Karena, kata Hasto, partai merupakan salah satu cara mewujudkan cita-cita yang dilakukan secara kolektif.

Dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga ada aturan-aturan yang mengatur agar kehormatan partai tetap terjaga. Maka dari itu, pemecatan terhadap Rustiningsih juga sudah sesuai konstitusi partai.

"Upaya untuk menegakkan kehormatan partai tapi kehormatan partai itu ditegakkan dengan cara cara konstitusi partai, bukan dengan cara asal memecat orang, tidak," kata dia.

Hasto melanjutkan, sikap kader PDI-P, khususnya Bambang DH, yang ikut mendukung koalisi kekeluargaan itu merupakan bagian dari menjalankan tugas, meskipun tanpa didahului instruksi Megawati.

(Baca: Megawati Tak Pernah Instruksikan PDI-P Gabung Koalisi Kekeluargaan)

Sebab, Megawati sendiri selama ini bersikap demokratis dalam memimpin. Megawati, kata Hasto, sudah memberikan kebijakan-kebijakan dasar yang kemudian boleh diterjemahkan secara bebas oleh para kadernya.

"Ya ini kan kami berbekal pada sebuah prinsip. Kami sudah mendapat arahan dari Ibu (Megawati), kami jalankan dan kami menjabarkan kebijakan kebijakan dari Ibu tersebut, kemudian dalam rapat pleno DPP kami melaporkan," kata dia.

Sebelumnya, Bambang DH yang mewakili PDI-P sudah menyatakan diri untuk ikut bergabung dengan Koalisi Kekeluargaan.

Koalisi ini menyatakan sepakat tak lagi mendukung bakal calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di masa mendatang.

Bambang DH menuturkan ada tujuh kriteria pemimpin Jakarta menurut Koalisi Kekeluargaan. Tujuh kriteria itu, yakni arif, bijaksana, beradab, santun, beretika, bersih dan cerdas.

(Baca: Samakan Persepsi, Ini Tujuh Kriteria Pemimpin Jakarta Menurut "Koalisi Kekeluargaan")

Kriteria itu merupakan usulan dari setiap partai politik dalam pertemuan di Restoran Bunga Rampai, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2016) kemarin.

"Tidak bicara orang per orang tapi kami berhasil formulasikan kriteria, seperti apa pemimpin Jakarta yang akan diperjuangakan untuk dipilih warga Jakarta," kata Bambang.

Belum dibicarakannya soal figur bukan tanpa alasan. Menurut Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD PDI-P DKI Jakarta, Gembong Warsono, perlu kesepahaman antara partai politik terkait pilkada sebelum membahas figur pemimpin Jakarta.

"Kalau bahas nama duluan, nanti akan susah. Saat ini kami baru satukan pemikiran dan akan bahas nama di pertemuan selanjutnya," kata Gembong.

Kompas TV Peluang Koalisi Kekeluargaan Kalahkan Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com