Selain itu, Daeng Koro juga melibatkan para pengikutnya yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan, untuk bergabung dengan Santoso di Poso, sekaligus menjadi pemasok logistik untuk kelompok Santoso.
Setelah memiliki sekitar 40 anggota, Santoso tampil untuk pertama kali dalam sebuah video berdurasi 6 menit 3 detik berjudul "Mujahideen of East Indonesia presents A Risaalah for The Muslims in Poso urging Jihad against the evil Densus 88".
Video itu sekaligus mendeklarasikan kehadiran kelompok MIT dan Santoso sebagai amir (pemimpin).
Salah satu nilai lebih dari kelompok ini ialah kemampuan Santoso merekrut pengikut dari etnis Uighur yang berasal dari Xinjiang, Tiongkok. Tujuh orang Uighur bergabung dengan kelompok Santoso pada 2014.
Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin, mengungkapkan, kehadiran kelompok etnis Uighur tidak lepas dari dukungan pengikut Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) asal Indonesia yang berada di Suriah, salah satunya Bagus Maskuron.
Bagus pernah mengikuti pelatihan militer dengan Santoso di Poso sebelum menuju Suriah pada 2014. Tahun 2015, Bagus tewas di Suriah.
Setelah deklarasi itu, kelompok Santoso melakukan sejumlah teror dengan menyerang polisi untuk mendapatkan senjata dan membunuh puluhan warga Poso yang menolak keberadaan mereka. Aksi Santoso akhirnya berakhir di tangan Tim Alfa 29. (MUHAMMAD IKSAN MAHAR/VIDELIS JEMALI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.