JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Remotivi Muhamad Heychael meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) banyak melakukan riset tentang media dan penyiaran.
Menurut Heytchael, riset tersebut memiliki peran vital dalam perbaikan konten televisi.
"Namun, bukan riset seperti indeks kualitas siaran. Jenis riset yang layak dilakukan KPI adalah jenis yang berguna bagi pengenalan masalah pertelevisian, serta perumusan regulasi," kata Heychael dalam keterangan tertulis, Kamis (21/7/2016).
Heychael mengatakan, riset dapat dilakukan dalam meninjau kekerasan dalam tayangan televisi. Ia menilai kekerasan mustahil hilang seluruhnya dari layar kaca.
Untuk itu, diperlukan riset mengenai jenis kekerasan yang diperbolehkan dan dapat dinilai wajar oleh masyarakat.
Heychael mencontohkan riset yang dilakukan oleh Office of Communication (Ofcom), lembaga serupa KPI di Inggris. Ofcom membuat riset bertajuk "A Violence in UK Soap: A Four Wave Trend Analysis" untuk memahami tren kekerasan dalam tayangan televisi Inggris.
Riset Ofcom memetakan jenis-jenis kekerasan yang muncul di program opera sabun dari tahun 2001 sampai 2013.
Dalam pengantarnya, Heychael menuturkan riset tersebut bertujuan untuk memperbarui kode penyiaran televisi mengenai kekerasan.
Heychael menilai salah satu temuan yang menarik adalah bagaimana kekerasan dinegosiasikan atau ditolak sepenuhnya dalam opera sabun. Riset Ofcom menunjukkan bahwa kekerasan bahkan bisa jadi bentuk pendidikan.
"Narasi yang menggunakan kekerasan untuk menunjukkan kekerasan sebagai sesuatu yang buruk (ditolak) adalah pelajaran yang positif. Berbekal riset ini Ofcom melakukan pengaturan atas konten kekerasan di televisi Inggris," kata dia.
"Kekerasan boleh tayang selama ia dinegosiasikan dan dideligitimasi sebagai sesuatu yang buruk. Riset semacam ini sangat penting untuk menjadi tolak ukur bagi regulasi," ucap Heychael.
Heychael mengatakan selain riset isi tayangan, sulitnya membenahi kualitas siaran juga muncul karena tidak memiliki informasi yang memadai mengenai penyebab rendahnya kualitas siaran.
"KPI bisa melakukan riset yang menjabarkan, misalnya, hubungan antara jumlah production house (PH), jumlah permintaan program dari stasiun televisi, biaya produksi tayangan, dengan kualitas isi tayangan," ucapnya.
"Jika benar stripping adalah sumber masalah dari kualitas isi tayangan, maka apa yang menyebabkan proses produksi harus stripping? Apakah sedikitnya jumlah PH? Jika ya, maka KPI bisa membuat rumusan rekomendasi kebijakan pada pemerintah, misalnya, untuk memberikan insentif bagi perusahaan yang hendak investasi di bidang production house," ujar Heychael.
Heychael menilai riset dapat menghilangkan spekulasi tentang rendahnya kualitas isi siaran. Dengan adanya data, kebijakan publik yang akan dibuat oleh KPI dapat tepat sasaran.
Tidak hanya isi siaran, riset dapat diperluas untuk menghasilkan cetak biru bagi penerapan sistem stasiun jaringan, pengaturan kepemilikan media, dan perlindungan minoritas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.