Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kronologi Baku Tembak yang Tewaskan Dua Anggota Kelompok Santoso

Kompas.com - 19/07/2016, 13:06 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Baku tembak antara kelompok teroris pimpinan Santoso dan satgas Tinombala terjadi pada Senin (18/7/2016) petang.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, baku tembak berlangsung selama 30 menit. Kontak senjata terjadi di wilayah sektor I, yakni Poso pesisir utara sejak pukul 17.00 hingga 17.30 Wita.

Selama 30 menit itu, Satgas berupaya mempersempit ruang gerak lima anggota kelompok Santoso yang melakukan penyerangan.

"Mengakibatkan dua meninggal dunia di kelompok Santoso, yang diketahui petugas ada yang melarikan diri tiga orang," ujar Boy dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/7/2016).

Peluru anggota Batalyon Raider 515 Kostrad menembus tubuh salah satu anggota kelompok Santoso yang menyebabkannya tewas di tempat.

Sementara tiga orang lainnya yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki melarikan diri ke arah barat.

Sejak Senin malam, petugas bergerak ke lokasi tempat jenazah berada untuk dibawa ke Palu. Namun, untuk menuju ke lokasi, jarak tempuh yang dilalui cukup jauh.

Dua jenazah tersebut akhirnya dibawa ke RS Bhayangkara Palu untuk diidentifikasi.

"Kami harap dengan heli, maka jarak tempuh tidak terlalu lama sehingga identifikasi segera dilakukan di Palu," kata Boy.

Boy mengakui salah satu jenazah memiliki ciri yang menyerupai Santoso, yakni berjanggut, berambut panjang, dan memiliki tanda tahi lalat di wajah. Namun, polisi belum dapat memastikan apakah jenazah tersebut adalah Santoso atau bukan.

"Jenazah ini sampe saat ini belum dapat 100 persen dikatakan Santoso. Dengan kasat mata, ciri pelaku, termasuk foto yang dimiliki, masih dicocokan dengan foto sementara," kata Boy.

(Baca: Kadiv Humas Polri: Belum 100 Persen Santoso Tewas)

Polisi berencana menghadirkan keluarga Santoso untuk mengenali ciri fisik salah satu jenazah yang dianggap mirip dengan pimpinan kelompok itu.

Selain itu, akan dihadirkan juga anggota kelompok Santoso lainnya yang sudah tertangkap dan menyerahkan diri untuk menegaskan apakah benar itu pimpinan mereka atau bukan.

Mabes Polri pun telah mengirim tim DVI untuk mengidentifikasi jenazah secara ilmiah. (Baca: Kapolri Perintahkan Tim DVI ke Poso Identifikasi Dua Jenazah)

"Kami tetap membutuhkan proses pemeriksaan oleh DVI. Nanti akan identifikasi wajah dan DNA," kata Boy.

Saat ini polisi masih melakukan pengejaran terhadap anggota kelompok yang melarikan diri dan masih bersembunyi. Diperkirakan saat ini jumlah anggota kelompok tinggal 19 orang.

Kompas TV Siapa Sebenarnya Santoso?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup: Pilih Partai, Bukan Caleg

Nasional
KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Nasional
Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Nasional
Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com