Menurut khofifa,h dana desa yang dianggarkan oleh pemerintah jumlahnya cukup besar.
Pada 2015, dana desa yang turun sebesar Rp 20 triliun dan naik menjadi Rp 40 triliun pada 2016.
Besarnya dana desa tersebut harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) di desa.
Hal tersebut bisa dimaksimalkan dengan melibatkan kalangan akademisi berupa pendampingan masyarakat desa dalam memaksimalkan potensi yang ada.
"Hari ini dana desa cukup besar. Hal itu harus diimbangi dengan peningkatan SDM dengan melibatkan pihak universitas memberi pendampingan ke desa-desa supaya mereka bisa menginjeksi SDM berkualitas," ujar dia.
Khofifah menuturkan, partisipasi berupa pendampingan dari para akademisi sangat dibutuhkan.
Ia menilai, seorang akademisi biasanya memiliki jaringan luas dengan pihak pemerintah maupun pelaku ekonomi.
Kelebihan tersebut bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan potensi yang ada di desa.
Khofifah mencontohkan, misalnya sebuah desa terkenal sebagai sentra penghasil gula, maka pendamping bisa mengarahkanuntuk meningkatkan kualitas gula yang dihasilkan, jumlah produksi sampai tahap pemasaran produknya.
Meski membutuhkan waktu yang lama, namun Khofifah yakin cara ini cukup efektif dalam menekan arus urbanisasi di Indonesia yang cukup tinggi.
"Keterlibatan akademisi penting untuk membangun jejaring supay produk lokal pedesaan dapat merambah lebih luas. Harus ada konektivitas supaya produknya terpasarkan. Para akademisi biasanya memiliki pikiran genuine, produktif, dan jejaring yang luas," papar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.